Sabtu, 01 Januari 2011

20 Album Terbaik Indonesia 2010

Tahun 2010 adalah tahun yang menyenangkan bagi musik Indonesia, beberapa band lama mengalami rejuvenasi dan meninggalkan kesan mendalam di tahun ini melalui album-album terbaik mereka.

Yang terpenting, menurut kami yang berada di majalah Rolling Stone Indonesia, para artis-artis ini membawa harapan baru bagi perkembangan musik tanahair di tahun depan dan tentunya pantas mendapat perhatian lebih dari Anda semua. Selamat tahun baru 2011.

1. Bangkutaman
Ode Buat Kota Jangan Marah/Demajors
Selesai bersekolah di Yogyakarta, para personel Bangkutaman kembali ke kota asal, Jakarta, untuk bekerja dan hidup. Mereka berjumpa dengan masalah klasik kota besar: transportasi yang kalut, manusia individualistis, tingginya tingkat kejahatan, dan kondisi sosial yang membuat galau. Bukan perjumpaan asal lewat, namun perjumpaan rutin yang mendatangkan gelisah. Dan kalau pun mereka mengeluh, paling tidak ada sesuatu yang terbit darinya. Berbagai tangkapan cermat yang tersebar di 10 lagu dalam Ode Buat Kota menunjukkan pergaulan urban yang jujur di belahan-belahan Jakarta yang tak kebagian waktu untuk bersolek. Secara musik, Bangkutaman yang pernah sangat identik dengan The Stone Roses kini lebih banyak meminjam gaya khas Lou Reed, Bob Dylan, sampai The Mamas & The Papas, menampilkan sound yang cenderung kasar dengan melodi legit. Ode Buat Kota adalah catatan yang gamblang, bernas, sekaligus penuh perasaan tentang Jakarta.


2. The Flowers
Still Alive and Well Demajors
Salah satu dedengkot rock & roll ibu kota kembali dari tidur panjang dan membuat album kedua yang mengagumkan. Masih setia memainkan rock & roll dengan pengaruh The Rolling Stones dan The Black Crowes, tapi kali ini kental dengan nuansa funk, dan sedikit sentuhan jazz—terutama karena kehadiran pemain saksofon Eugene Bounty yang membius dan tak sekadar jadi instrumen tambahan di antara raungan gitar Boris Simanjuntak dan paraunya vokal Zaid Barmansyah alias Njet yang liar. Tak sia-sia mereka menamakan judul albumnya Still Alive and Well, karena album ini membuktikan bahwa The Flowers masih hidup dan baik-baik saja. Salah satu lagu yang akan bersejarah dan menjadi klasik adalah “Rajawali.”


3. Bonita
Laju Rumah Bonita/Demajors
Tujuh tahun penantian Bonita terhadap sebuah album dibayar kontan melalui Laju. Biduan yang dulunya kental terpengaruh unsur R&B atau soul kini mulai bereksplorasi ke ranah musik baru, beberapa lagu seperti “Komidi Putar” atau “Rumahku” menyajikan empuknya suara Bonita yang terpengaruh folk. Bonita mumpuni menyikat groove Motown di beberapa tembang lainnya hingga membuat album ini jadi petualangan musikal yang menyenangkan. Berbagai dialek musikal dibahasakan, berbagai emosi dinyanyikan, berbagai aroma ditawarkan, membuat Laju menjadi rilisan terbaik sepanjang karier Bonita.

4. Sarasvati
Story of Peter Self Released
Ini adalah proyek solo dari mantan vokalis Homogenic, Risa Saraswati. Musik elektronik yang mengawang-awang dengan suasana mencekam terdengar dominan di album ini. Di “Bilur”, dia berhasil menggabungkan sentuhan musik tradisional (suling Sunda dengan nyanyian sinden) dengan musik modern yang menghasilkan aura mencekam tetapi indah. Tak hanya itu, Risa membawakan kembali lagu “Perjalanan” karya Franky Sahilatua dengan penghayatan yang baik sehingga memberi warna baru yang sesuai dengan karakter Risa. Secara keseluruhan, Sarasvati memberikan album yang mencekam sekaligus terdengar sexy.


5. White Shoes & The Couples Company
Album Vakansi Purapura Records/Demajors
Sejak album debut White Shoes & The Couples Company dirilis di tahun 2006, grup indie pop ini telah membawa mereka ke mancanegara. Berkat pengalaman tersebut mereks terdengar lebih dewasa dan mendunia pada Album Vakansi. Pengaruh funk dan Afrobeat masing-masing menyusup pada “Senja Menggila” dan “Matahari”, di samping pop Indonesia klasik ala White Shoes pada “Masa Remadja” dan “Kisah Dari Selatan Jakarta”. Sesuai judulnya, mendengar Album Vakansi membuat lebih segar bagaikan pergi liburan.


6. Kelelawar Malam
Kelelawar Malam Jenggo Records/Demajors
Mereka adalah yang terbaik bila bicara tentang penggabungan antara tema horror lokal dengan musik punk. Seperti The Misfits dengan vokalis berwibawa ala Iwan Fals, Kelelawar Malam menawarkan nomor-nomor antemik dengan konten lokal yang tinggi. “Malam Terkutuk” atau juga “Bangkit dari Kubur” merupakan sedikit contoh kreativitas tinggi dalam memberi penghormatan kepada pocong, kuntilanak, zombie, maupun ratu laut selatan. Semua dilakukan dengan seni yang estetis, serius tanpa bercanda, lagi elegan. Salah satu penghormatan terbaik dalam sepanjang sejarah musik Indonesia.

7. Monita Tahalea
Dream, Hope & Faith Inline Music
Monita Angelica Maharani Tahalea, sang gadis muda nan cantik itu, membuktikan telak bahwa sempat berkiprah di kompetisi bernyanyi Indonesian Idol bukan berarti kariernya harus menjadi tipe penyanyi a la Indonesian Idol juga. Dream, Hope & Faith adalah bukti langkahnya yang tepat bekerja sama dengan Indra Lesmana sebagai produser yang akhirnya berhasil total mengeluarkan potensinya sebagai penyanyi jazz yang andal. Terpengaruh Norah Jones, dan juga menggemari Ella Fitzgerald membuat album perdananya terasa tenang, easy listening, tapi masih memiliki sensibilitas pop tinggi hingga masih kuat di daya hibur.


8. Sandhy Sondoro
Sandhy Sondoro Sony Music
Album perdananya Why Don’t We yang dirilis di Jerman tahun 2008 menjadi jawaban penantian album penuh Sandhy Sondoro yang banyak dinantikan penggemarnya. Album berisi 12 lagu tersebut dirilis dengan tambahan 2 lagu baru, ”Bunga Mimpi” dan ”Salamanja”. Keunikan Sandy ada pada penghayatan lagu. Sandy berhasil memberikan nyawa dari setiap lagu yang dia bawakan. Simak ”Down On The Street” yang menjadi salah satu anthem klasiknya. Untuk lagu “Bunga Mimpi” dan “Salamanja”, dirinya membawa aroma soul dengan liukan khas karakter vokalnya itu. Sandhy Sondoro adalah paket lengkap seorang singer/songwriter masa kini.

9. Frau
Starlit Carousel Cakrawala Records/Demajors
Hanya butuh seorang Lani yang berusia 20 tahun dan sebuah piano untuk menelurkan album perdana yang mampu menggetarkan jiwa. Nyanyian bening, dan lirik dibawakan dengan penuh penjiwaan mengingatkan kita pada Tori Amos atau Regina Spektor. Permainan piano menyerempet klasik pun ada di beberapa bagian namun masih bersahabat bagi telinga pop. Judul seperti “Mesin Penenun Hujan” pun menambah nilai unik. Setelah Endah N Rhesa menggegar publik musik dengan konsep minimalis berdua dan akustik, kini saatnya Indonesia digenggam oleh Frau.

10. /rif
7 Sony Music Indonesia
Hard rockers pemuja celana kulit dan sepatu New Rock menjawab kekecewaan atas album sebelumnya, Pil Malu, yang membuat malu. Di album ini, mereka tak bereksperimen terlalu luas, kembali pada karakter awalnya: hard rock dengan riff menggempur tapi punya sentuhan pop kental dipadu dengan lenguhan vokal Andy yang sudah menjadi ciri khas tersendiri di industri musik Indonesia. Justru di lagu-lagu seperti itulah /rif berjaya. Lagu jagoan mereka, “Fight”, adalah salah satu lagu yang pa-ling menonjol di album ini, dan membuktikan bahwa perjuangan mereka meyakinkan perusahaan rekaman untuk merilis album ini tak sia-sia.

11. Leonardo
The Sun Buttonijo/Demajors
Sempat bersama Vessel di tahun ’90-an dan Zeke and the Popo di tahun 2000-an, juga proyek eksperimental dengan nama Ruang Hampa, akhirnya singer/songwriter ini merilis album solo perdananya. Kekuatan terbesar Leo terletak pada suaranya, menempatkan dirinya pada tipe penyanyi seperti Tom Waits atau Richard Hawley. Lagu-lagu di The Sun kebanyakan terdengar laid-back, bersuasana intim berkat dominannya gitar akustik, sempurna untuk vokal Leo yang berat sekaligus empuk, dan punya jangkauan yang lebar. Album cemerlang ini juga didukung oleh banyak musisi andal, termasuk Hendra Perdana (Anda) yang berhasil dalam perannya sebagai produser.

12. Andien
Kirana Platinum
Sepuluh lagu di album Kirana berisi penjelajahan Andien dalam konsep bermusik yang renyah dan mengalir. Di album ini Andien membawakan tafsir ulang ”Gemilang” dan ”Keraguan” yang pernah dipopulerkan Krakatau. Adaptasi yang luas dan membuat kedua lagu yang sudah telanjur kuat itu bisa tampil segar dengan penghayatan yang dibawakanya. Album in dibuka dengan lantunan irama enerjik lagu berjudul “Moving On” yang juga menjadi single. Duet produser Nikita Dompas dan Rifka Rachman berhasil melahirkan Andien dengan konsep album yang lebih lebar dibandingkan album-albumnya sebelumnya.

13. Maliq & D’Essentials
The Beginning od a Beautiful Life Organic Records/Warner Music Indonesia
Pada albumnya yang keempat, kereta Maliq & D’essentials terus melaju tanpa tanda-tanda berhenti. Band ini sudah menjadi jaminan mutu dalam menghibur, ini yang mereka tawarkan di The Beginning of a Beautiful Life lewat “Terlalu” dan “Get Down & Slide”. Walau jumlah lagu per album tak sebanyak dulu, mereka masih menemukan tempat untuk mencoba hal-hal baru, seperti “Menari” atau “Berbeda” yang beralih dari melankolis ke riang dan balik lagi. The Beginning of a Beautiful Life adalah lanjutan dari karier yang indah.

14. BIP
Berangkat Fame Music
Lama asyik dengan proyek masing-masing, pemain bas Bongky, pemain keyboard Indra Q, vokalis Ipang, dan gitaris Pay Burman kembali membuat musik untuk kelompok mereka. Hanya enam lagu di album ini, tapi semuanya kuat. Secara aransemen, vokal Ipang terdengar lebih melebur jika dibandingkan dengan ketika dia baru bergabung dengan BIP. Pilihan sound-nya lebih pas dengan vokal Ipang. Meskipun Indra Q mengumbar pengaruh sound ’80-an, musik di album ini masih terdengar kekinian. Ada lagu humoris di “Mane-Mane Boleh”, romantis di “Seluk Beluk Hatimu” hingga sindiran pada rock star di “Fenomenal.”

15. Slank
Jurustandur No. 18 Slank Records
Ini adalah album ke-18 Slank yang digarap karena mereka terlalu lama terjegal perizinan manggung. Meskipun drummer Bimbim yang menulis sebagian besar lagu di album ini, tapi kawan-kawannya yang lain berhasil menerjemahkan setiap lagu dengan baik sehingga di antara manisnya lagu-lagu pop bertema cinta (“Menyakitimu” dan “Lagi”) masih terselip lagu rock & roll dengan lirik kritis (“Bobrokisasi Borokisme” dan “Merdeka”) seperti harapan banyak orang pada Slank. Pilihan Kaka duet dengan Fahrani di lagu “Kukejar dan Kutangkap Kau (KKK)”, tak membuat malu. Album ini bukti Slank mampu menyalurkan energi yang terpendam dengan baik.


16. Gugun Blues Shelter
Gugun Blues Shelter BugsPro
Album terakhir Gugun Blues Shelter ini terlahir berkat konflik berkepanjangan dengan label rekaman mereka terdahulu. Seharusnya ada album sebelum ini yang sayangnya batal dirilis. Dengan produksi yang hanya memakan waktu sebulan, album yang direkam semi live ini berhasil mengemas blues rock a la Led Zeppelin, Stevie Ray Vaughan, Jimi Hendrix ke dalam format paling menarik di dekade 2000 an dan yang terpenting, “Original!” Simak lagu “Fight For Freedom,” power-ballad “When I See You Again” dan nomor balas dendam nan progresif dalam “White Dog” untuk membuktikan bahwa Gugun Blues Shelter adalah the real deal!

17. Jogja Istimewa 2010
Album Kompilasi Demajors
Album kompilasi ini rilis hampir berbarengan dengan situasi memanas antara Istana Merdeka versus Istana Yogyakarta. Bahkan lagu-lagunya de-ngan brilian menjadi soundtrack unjuk rasa warga Yogyakarta. 10 artis indie lintasaliran yang lolos kurasi ketat tampil mewakili scene musik terkini daerah istimewa ini. Ki Jarot (Jogja Hip Hop Foundation) dengan nomor rap Jawa eksotik “Jogja Istimewa,” denting piano dan vokal membius Frau di nomor “Confidential,” gemuruh metal matematika dari Cranial Incisored hingga dendang musik dub nan menawan “Endless Night” dari Dub Youth. Semuanya menegaskan bahwa Jogja memang Istimewa!

18. Iwan Fals
Keseimbangan Fals Records
Album terbaru dari materi-materi lama yang selama ini sebagian sudah kerap dibawakan di atas panggung. Judul Keseimbangan adalah estafet dari album 50:50. Di Keseimbangan, Iwan Fals jadi musisi yang tak terikat label. Rata-rata lirik yang termuat mengakar pada tema kecintaan pada alam, Tuhan, dan manusia. Satu yang cukup menarik ialah lirik yang ditulis oleh KH Mustafa Bisri atau Gus Mus di lagu ”Aku Menyayangimu”, yang mengandung makna mendalam. Tidak ada yang sangat istimewa dalam sisi musik Iwan Fals di album ini. Semuanya bermain aman dan teratur. Namun dari sisi lirik, harus diakui penuh makna mendalam.

19. Endah N Rhesa
Look What We’ve Found REIProject/Demajors
Di album kedua, Endah N Rhesa terdengar lebih tahu apa yang mereka mau. Jika di album pertama warna lagu-lagunya terdengar hampir belang, di album ini benang merah dari sisi musikal lebih te-rasa—permainan rhythm guitar Endah lebih diumbar. Kisah soal suku di sebuah pulau akhirnya senada dengan atmosfer lagu yang banyak terpengaruh suasana tribal. Di “Midnight Sun”, ada musik yang iramanya seperti mengajak berlari. Lantas ada “Kou Kou The Fisherman” yang energik dan menghentak dalam caranya sendiri. Ada pula “It’s Gone” yang terdengar pilu. Secara keseluruhan, ini sebuah sekuel yang menarik.

20. Siksakubur
Tentara Merah Darah Fast Youth Records
Salah satu aksi death metal terbaik milik bangsa ini menjadi kian hebat dengan album kelima yang eksploratif. Tentara Merah Darah adalah sebuah konsep album di mana Siksakubur memuntahkan metal teknikal dan rapat, dengan ketukan hyperblast yang brutal sembari meneriakkan lirik lagu demi lagu karena terinspirasi novel, yang akhirnya diangkat ke layar lebar, berjudul 300. Pengaruh band Eropa seperti Behemoth dan juga Decapitated menghias di sana-sini. Tema atheisme atau satanisme bisa jadi sudah usang. Siksakubur membuktikannya, membahas cerita rakyat adalah prestasi.

Albums of The Year

1. Kanye West
My Beautiful Dark Twisted FantasyRoc-A-Fella/Def Jam
Pada My Beautiful Dark Twisted Fantasy, Kanye West membuat musik yang tak kalah berantakan dengan hidupnya. Di sela-sela perseteruan dengan Matt Lauer atau mengomel di Twitter, Kanye membangun hip-hop yang epik, lagu-lagu yang penuh dengan aksi megah yang hanya dilakukan orang nekat dan hanya berhasil dilakukan orang-orang yang bakatnya luar biasa. Semakin banyak unsur yang dimasukkan – string section, solo piano Elton John, ocehan vocoder, cameo Bon Iver, sample King Crimson dan Rick James – semakin bagus pula musiknya. Lirik Kanye belum pernah sekocak ini (“Have you ever had sex with a pharoah?/I put the pussy in a sarcophagus”) atau lebih bijak mengenai kebiasaannya yang merusak hubungan. Lewat “Power” yang mengusung prog rock, kemegahan angker “Runaway” dan “Hell of a Life” yang terus berubah, dia membuat semua musik lain terasa lebih dangkal dan tumpul. Apakah album ini dark? Pasti. Twisted? Tentu saja. Namun yang paling penting, album ini indah.

2. The Black Keys
BrothersNonesuch
Inilah album terbaik duo ini: lagu-lagu kuat yang minimalis dan mentah, dengan sentuhan warna dan hook yang panas. “Howlin’ for You” memadukan blues dengan irama glam yang diambil dari “Rock and Roll Part 2”-nya Gary Glitter, sedangkan lagu hit patah hati “Never Gonna Give You Up” milik Jerry Butler menonjolkan sosok Dan Auerbach sebagai penyanyi soul bersuara falsetto. Inilah minimalisme rock yang dipacu secara maksimal.


3. Elton John and Leon Russell
The UnionDecca
Dua raksasa rock, salah satunya nyaris terlupakan, menjalin kembali persahabatan dan membuat musik yang layak disejajarkan dengan karya terbaik mereka. Produser T Bone Burnett menghasilkan produksinya yang paling spektakuler dalam beberapa tahun terakhir, penuh dengan steel guitar gemerlap, brass section riang dan paduan suara gospel. Namun pada akhirnya adalah suara Russell yang paling bersinar, dengan menuangkan seluruh sejarah musik populer Amerika ke dalam lantunannya yang bijak dan rapuh.

4. Arcade Fire
The SuburbsMerge
Arcade Fire tidak melakukan apa-apa dengan skala kecil – maka kolektif asal Montreal ini membuat album orchestral rock megah yang bercerita tentang perang batin manusia di tengah-tengah rumah besar dan halaman rapi. The Suburbs adalah album mereka yang paling berani sejauh ini: Simak string section yang gila pada “Empty Room”, energi Crazy Horse pada “Month of May”, synth-pop disco pada “Sprawl II (Mountains Beyond Mountains)”. Pasangan suami-istri Win Butler dan Regine Chassagne bernyanyi tentang kebosanan di pinggir kota, rasa takut akan perubahan dan keinginan punya anak – dan selalu menyuarakan pengakuan yang paling intim secara menggelegar dan menemukan keindahan di mana saja.

5. Jamey Johnson
The Guitar SongMercury
Apa yang disimpan Jamey Johnson di balik rambut lebatnya? Lagu-lagu. Bintang Nashville yang paling keras ternyata merupakan musisi tradisional yang paling dapat diandalkan, seorang profesional ala Music Row yang dapat menulis lagu untuk semua emosi. Johnson menciptakan banyak lagu – 25, dengan durasi melebihi 105 menit – untuk album keempatnya yang berisi 2 CD: curahan hati pada akustik dan boogie blues keras, lagu-lagu sentimental dan angker, lagu orang dan lagu lucu-lucuan, serta “California Riots” dan “Playing the Part”, sepasang lagu kocak dari orang udik yang menghujat orang-orang liberal.

6. Vampire Weekend
ContraXL
Contra adalah album di mana Vampire Weekend menyadari mereka bisa melakukan apa saja: lagu-lagu indah yang pelan dan dubby, pseudo punk bising, riff gitar Afrika, lantunan paduan suara, lagu-lagu dengan rima “horchata”, “Aranciata” dan “Masada”. Ezra Koenig menulis lirik rumit tentang cinta muda dan ketegangan Dunia Ketiga, namun sedalam apa pun renung-annya, kekuatan melodiusnya tak pernah hilang: Jarang ada lagu dengan produksi semewah ini yang terasa begitu enteng atau berlalu dengan cepat. Saat kita mengagumi balada “I Think UR a Contra” atau “Your sword’s grown old and rusty/Burnt beneath the rising sun” (dari “Giving Up the Gun”) menempel di kepala, kita sadar bahwa kenikmatan tak kalah penting bagi orang-orang ini.


7. Drake
Thank Me LaterCash Money/Universal
Setelah tiga tahun mengeluarkan mixtape, menjadi bintang tamu dan gembar-gembor tanpa henti, album perdana mantan aktor yang menjadi rapper asal Kanada ini memenuhi ekspektasi dengan beat lezat, rap rapi dan introspeksi yang dalam. Gaya mengoceh Drake yang santai dan soulful menambah sisi ironi pada renungannya tentang kehidupan pesta pora. Dialah bintang terkemuka di dunia hip-hop pasca-Kanye yang tersiksa: seseorang yang tidak bisa memutuskan apakah “I’ve been up for four days gettin’ money” adalah sesumbar atau beban.


8. Robert Plant
Band of JoyRounder
Silakan terus menunggu, Jimmy Page – dia takkan kembali. Setelah mengeluarkan Raising Sand (2007) yang mengusung musik roots, Plant mengeluarkan album yang lebih berani dan kental roots Plant dan bandleader-nya, gitaris Buddy Miller, mengolah lagu-lagu kuno dan tema modern dengan eksplorasi psychedelic terhadap blues dan country dan membawakan lagu-lagu Los Lobos, Townes Van Zandt, band slow-core Low dan gospel seolah-olah semuanya adalah persinggahan dalam jalan menuju nirwana.


9. Eminem
RecoveryAftermath/Interscope
Eminem berceloteh “Let’s be honest, that last Relapse CD was ehhh” pada Recovery, yang mengambil posisi victory lap pasca-rehabi-litasi yang seharusnya ditempati Relapse yang kekanak-kanakan. Dengan mendominasi radio, Eminem kembali ke puncak di tahun 2010, namun dia juga lebih tua dan bijak: seorang ayah ketakutan yang berhasil lolos dari maut dan kembali dengan kemampuan utuh. Saat dia berjanji tetap bersih pada “Not Afraid”, kita tahu dia serius.


10. LCD Soundsystem
This Is HappeningDFA/Virgin
James Murphy mengerahkan pasukan punk funk asal New York-nya untuk album putus cinta yang berat, dan menggali keluar dari runtuhan emosional dengan bantuan keyboard gemilang Nancy Whang dan pukulan drum dahsyat Pat Mahoney. Murphy bersaksi tentang cinta dewasa yang kandas (“I Can Change”) diiringi berbagai jenis musik electronic dance, sementara lagu lucu “Drunk Girls” menawarkan semboyan bagi kekasih bebas di mana pun berada: “I believe in waking up together.”


11. The Dead Weather
Sea of Cowards Warner Bros./Third Man
Ini bisa dibilang lebih menyerupai serangkaian kejang metallic blues daripada album – dan rock ekstrim yang paling menyenangkan tahun ini. Jack White duduk di belakang kali ini – sebagai drummer-vokalis – namun dia tetap memimpin: Pukulannya a la Bonham memacu gitar yang berliuk-liuk serta nyanyian Gothic oleh Alison Mosshart.

12. John Mellencamp
No Better Than This Rounder
Idealisme folk blues – yang direkam pada tape machine mono di tempat-tempat seperti gereja di Georgia dan Sun Studios – dengan amarah modern terhadap dunia setelah krisis finansial. Saat Mellencamp menyanyikan “A Graceful Fall”, dia memancarkan kebanggaan dan amarah bagaikan laporan bisnis semalam.


13. Taylor Swift
Speak NowBig Machine
Speak Now
membuktikan bahwa Swift tak sekadar penyanyi country terbesar di dunia – di usia 21 tahun, dia adalah pabrik lagu dengan jiwa rock & roll. Ada lagu-lagu tentang kekasih selebriti, namun yang paling penting adalah penguasaannya terhadap balada lembut seperti “Enchanted” atau lagu rock ala Phil Spector seperti “Long Live”.


14. Robyn
Body TalkCherrytree/Interscope
Body Talk
berawal sebagai dua album mini adiktif; begitu album penuhnya keluar, rasanya seperti album greatest hits. Beat dan lagu sang diva Swedia ini mengalahkan para pesaingnya dari Amerika. Begitu juga selera humornya: Simaklah “Fembot” dan “Don’t Fucking Tell Me What to Do” yang diam-diam mengharukan.


15. The National
High Violet4AD
Band rock pemurung asal Brooklyn ini bisa saja mengulangi formula album Boxer yang mengangkat nama mereka di tahun 2007, namun Violet lebih berani dan cerdas, dibuka dengan permainan gitar puitis dan jiwa eksperimen ala The Beatles. Matt Berninger menyanyikan “Bloodbuzz Ohio” bagaikan pengunjung bar yang merasa kita tidak bisa melihat rasa takutnya.


16. Kid Rock
Born FreeAtlantic
Mr. Bawitdaba akhirnya membuat album Bob Seger impiannya. Album bernuansa classic rock yang diproduseri Rick Rubin ini seperti mendengar radio di Detroit tahun 1975: Dengan lagu-lagu anthem, country rock dan boogie, Rock menunjukkan variasi – dan kedalaman – yang tak terlihat di masa mudanya.

17. Beach House
Teen DreamSub Pop
Vokal seksi Victoria Legrand terasa mengawang dan androgini, seperti curhatan teler di malam hari dan masih belum jelas kita akan tidur di mana. Beach House mempertajam sound dan hook di album ketiga ini – dan secara mengejutkan itu ternyata membuat musik mereka semakin misterius dan magis.


18. Kings of Leon
Come Around Sundown RCA
Album arena rock terbaik tahun ini. Doo-wop udik pada “Mary” dan country ala U2 pada “Back Down South” menggambarkan Kings of Leon pada titik tengah sempurna antara pop murni dan musik tradisional. Dan “The End”, lagu pertama Sundown, terdengar seperti awal yang baru.

19. M.I.A.
Maya N.E.E.T./Interscope/XL
Hujatan terhadap ulah-ulah M.I.A. – video “Born Free” yang eksplisit dan perseteruannya dengan New York Times – membuat orang-orang lupa bahwa provokasi terbesarnya di tahun 2010 terdapat dalam musiknya. Kebisingan art punk dan electro beat di album Maya menciptakan musik protes yang paling tajam belakangan ini.

20. Neil Young
Le NoiseReprise
Bergejolak, terdistorsi – dan salah satu album Young yang paling intim. Le Noise kebanyakan berisi gitar elektrik solo yang tajam, namun bahkan saat Young bermain akustik di “Love and War”, tekad yang dijalani seumur hidupnya – “There’ve been songs about love/I sang songs about war/Since the back streets of Toronto” – masih cukup keras.

Minggu, 05 Desember 2010

Weezer Menggelar Tur Pendek

Mereka memainkan Blue Album dan Pinkerton secara penuh.

Akhirnya setelah lama ditunggu oleh para penggermanya, Weezer memulai tur pendek yang bertemakan "Memories Tour" pada akhir pekan lalu. Weezer sebelumnya mengumumkan di website offisialnya, kalau mereka akan melaukan dua set-list pada "Memories Tour" ini. Mereka menjanjikan akan membawakan satu album penuh dari Blue Album dan album yang baru di reissue Pinkerton.
Jum’at (26/11) dan sabtu (27/1) lalu Los Angeles, California tepatnya berlokasi di Gibson Amphitheatre, menjadi saksi dimulainya Memories Tour ini. Di sini Weezer memainkan dua set-list seperti yang dijanjikan sebelumnya. Blue Album menjadi set-list kedua di hari pertama dan Pinkerton menjadi set-list kedua di hari kedua "Memories Tour" yang diselenggarakan di Los Angeles. Set-list pertama mereka merupakan lagu-lagu greatest hits mereka, dimana Weezer memainkan 10 lagu pada dua hari tersebut. Lagu seperti “Pork and Beans”, “Hash Pipe”, “Island In The Sun” dimainkan di dua hari tersebut.
Jose Garcia yang menjadi cover album terbaru Weezer yang baru dirilis Hurley, juga ikut meramaikan konser ini selama dua hari di mana ia ikut bernyanyi di lagu “I Want You To” di hari pertama dan “Perfect Situation” di hari kedua. Tidak sampai di situ, Bethany Cosentino penyanyi dari band yang menjadi pembuka di malam itu, Best Coast, ikut menyanyi di lagu “Island In The Sun” secara semi akustik selama dua hari. Spokeperson dari band Weezer Karl Loch ikut membantu bermain drum pada lagu penutup di hari kedua.
Diberitakan dari website Spin Magazine dan Rolling Stone Amerika, hari pertama dngan dengan set-list Blue Album berhasil memukau penontonnya terutama pada saat lagu “Only In Dreams” di mana sang vokalis Rivers Cuomo dan gitaris Brian Bell melakukan jam session gitar di lagu penutup hari pertama itu. Set-list Pinkerton di hari kedua "Memories Tour" di Gibson Amphitheatre sangat menarik perhatian penonton dengan penampilan mereka yang sangat memukau. Bisa disaksikan di whatosaw.com, “Butterfly” menjadi lagu penutup. Di mana, Rivers Cuomo hanya memainkan gitar akustik dan dibantu dengan irama drum sederhana dari Karl Loch. Penonton ikut menyanyi satu lagu penuh dengan tenang dan keras bersama dengan Rivers.
Semenjak pengumuman pada bulan September, "Memories Tour" ini memang sangat dinantikan. Weezer juga belum pernah memaninkan satu album penuh Blue Album dan Pinkerton sebelumnya. Karena itu penonton sangat antusias menunggunya. Sungguh ironis jika melihat ke belakang Pinkerton menjadi album terburuk kedua yang dipilih oleh para pembaca Rolling Stone Amerika tahun 1996. Seiring berjalannya waktu Pinkerton dianggap sebgai album besar di mata orang-orang, fans, kritikus dan musisi. Album Pinkerton tersebut baru di-reissue pada 2 November 2010 lalu dengan menambahkan booklet dan beberapa b-side, live track dan akustik.
Memories Tour ini sendiri akan diselenggarakan di lima kota yaitu, Los Angeles, Boston, San Fransisico, New York dan Chicago. Berikut adalah jadwal lengkap Memories Tour:
26 & 27 November, 2010
Los Angeles, California
Gibson Amphi Theatre
29 & 30 November, 2010
San Fransisco, California
Nob Hill Masonic Center
14 & 15 Desember, 2010
Boston, Massachusetts
Orpheum Theater
17 & 18 Desember, 2010
New York City, NewYork
Roseland Ballroom
7 & 8 Januari, 2011
Chicago, Illinois
Aragon Ballroom

Luna Maya: Ariel Tak Tergantikan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Luna Maya jadi kata kunci yang paling banyak dicari sepanjang 2010 versi Yahoo Indonesia. Namanya mengungguli Bencana Alam, Sri Mulyani, dan Gayus Tambunan. Sepanjang tahun, perempuan kelahiran Denpasar 26 Agustus 1983 ini terus jadi topik hangat. Mulai dari sederet penghargaan di dunia hiburan, sampai geger video mesum dengan pemeran mirip dia dan pacarnya, Nazril Irham alias Ariel Peterpan.

Luna pertama menjejak kaki di dunia hiburan dalam pemilihan Cover Girl Majalah Aneka 1999. Sejak itu karirnya melesat dengan membintangi sederet video klip dan jadi model papan atas. Di atas Toyota Alpard miliknya yang meluncur dari Jakarta ke Bandung kemarin, Luna blak-blakan kepada Tempo tentang hubungannya dengan Ariel.

Kapan Anda kenal Ariel? Tahun 2004. Saya dikerjain sama temen. Temanku lagi telepon-teleponan dengan Ariel, terus teleponnya langsung dikasih. Jadinya kita kenalan.

Yang minta kenalan Anda atau Ariel? Bukan dua-duanya. Sebelum telepon dikasih, saya malah tidak tahu dengan siapa saya bicara.

Anda fans Peterpan? Nggak. Saya baru denger Peterpan setelah album kedua keluar (Bintang di Surga, 2004). Waktu pertama dengar, saya malah komentar, "Nama band kok Peterpan." Terus waktu lihat video klipnya, komen saya, "Ih aneh banget." Ha ha ha.

Tapi waktu kenalan di telepon, Anda tahu Ariel kan? Iya. Dia juga tahu saya.

Setelah itu? Kami bertukar nomor. Tapi tidak telepon-teleponan, paling cuma sms-an.

Siapa yang pertama sms? Ha ha ha, pertanyaannya aneh banget. Lupa, soalnya udah lama banget. Udah enam tahun, lho.Isi sms Ariel apa saja?"Hai lagi ngapain?" Standar abis, ya. Ha ha ha. Dia emang tipe orang yang tidak banyak omong, introvert, pasif.

Lantas apa yang bikin Anda suka kepada Ariel? Dia tuh unpredictable, bener-bener tidak bisa ditebak. Tidak pernah cerita kalau tidak ditanya. Jadi kesannya misterius banget.

Luna sempat menghentikan ceritanya karena asmanya kumat. Batuk datang tiada henti. Dia baru bisa kembali bertutur setelah menghisap ventolin. Asma Luna kambuh kalau terkena debu, nangis, atau tertawa. Jadi kemana-mana dia harus bawa ventolin.

Biasanya kalau jalan berdua Ariel ngapain? Biasa banget, paling ke mal, nonton bioskop, makan. Waktu Tahun Baru 2005, saya naik kereta ke Bandung untuk merayakan Tahun Baru di rumah Andika (mantan kibordis Peterpan). Itu pertama kalinya saya dikenalin sama anak-anak Peterpan. Saya di Bandung sampai 3 Januari 2005. Kalau di Bandung, jalannya ke Lembang.

Waktu itu sudah resmi pacaran? Ga ada kata-kata "jadian" tapi kita sudah dekat banget. Kita juga nggak punya tanggal "jadian".

Tidak pernah "jadian" tapi pernah "putus" ya? Iya mulai pertengahan 2005, karena Ariel menikah. Waktu itu kami benar-benar tidak pernah saling kontak. Saya juga punya pacar lain.

Bagaimana hubungan kalian setelah Ariel menikah? Karena sama-sama di dunia entertainment, pasti kami saling bertemu. Kalau bertemu ya pasti menegur. Jadi pasti keep in touch.

Lantas kapan mulai dekat lagi? Kami mulai sering berkirim sms lagi pertengahan 2008 (Ariel bercerai dengan Sarah Amalia pada 27 Mei 2008). Saya coba jadi temannya karena itu tahun sulit bagi Ade (panggilan Ariel di keluarganya). Selain bercerai, dua personelnya (Andika dan Indra) keluar dari Peterpan. Dia butuh support.

Saat itu Anda masih menyimpan hati untuk Ariel? Ya, dulu waktu lagi seru-serunya, kami harus pisah. Jadi pas ketemu, memori itu masih ada. Hubungan kami mengalir saja. Sejak Desember 2008, mulai saling kenalkan satu sama lain sebagai pacar.

Jadi seberapa besar cinta Luna Maya terhadap Ariel? Memang cinta ada takarannya ya, sebesar apa saya tidak tahu, yang jelas saya nyaman sama dia dan belum terpikir sedikit pun untuk mencari pengganti dia.

Luna hanya tersenyum saat ditanya rencana pernikahan. Tapi sang pacar memberikan jawaban positif. Nantikan wawancara Tempo dengan Ariel Senin (6/12). REZA M

Kamis, 02 Desember 2010

MTV Staying Alive Kembali Digelar, Tahun Ini Sherina Jadi Duta

Kampanye dengan sasaran generasi muda tentang bahaya HIV/AIDS ini konsisten digelar MTV sejak tahun 2004.

Sadar akan pentingnya mengampanyekan bahaya HIV/AIDS, MTV konsisten mengadakan konser dalam rangka menyebarkan pesan itu kepada generasi muda. Sejak tahun 2004, event pro-sosial yang diberi nama MTV Staying Alive digelar. Tahun ini, MTV Staying Alive akan digelar pada Minggu [5/12] di Lapangan D Senayan dengan tema "Live Safe... Save Life." Konser akan digelar mulai pukul 12 siang hingga pukul sepuluh malam, dan ditayangkan secara live di Global TV mulai pukul setengah empat sore.
Selain konser, Global TV juga menyelenggarakan kegiatan off air: Flash Mob dan MTV Music Talk Show. Flash Mob diadakan di Atrium EX dan Gandaria City pada 20 November lalu pada pukul empat sore dan pukul tujuh malam -- di mana para penari menari secara spontan di tengah-tengah pengunjung lalu diakhiri dengan menyebarkan pesan dari MTV Staying Alive 2010. Sedangkan talk show, diadakan di dua kampus di Jakarta: Universitas Trisakti [26/11] dan Universitas Atmajaya [1/12] dengan tema "Drugs to HIV." Talk show itu diisi oleh para pembicara dari LSM, seksolog, icon MTV Staying Alive 2010, serta hiburan dari para pengisi acara MTV Staying Alive 2010.
“Kami berusaha menyelamatkan hidup generasi muda sambil tetap memberikan semangat kepada para penderita HIV/AIDS di Indonesia. Semangat Live Safe... Save Life yang diusung MTV Staying Alive 2010, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi anak nongkrong MTV untuk tetap hidup selamat, dan ikut berpartisipasi menyelamatkan hidup orang banyak,” kata David Fernando Audy, seperti dikutip siaran persnya.
David, yang juga hadir pada konferensi pers Selasa [30/11] pagi di Rolling Stone Cafe, mengatakan kesadaran soal betapa efektifnya musik sebagai alat untuk mengkampanyekan sebuah pesan kepada anak muda. Untuk itu, dalam setiap kegiatannya, MTV Staying Alive selalu menunjuk seorang duta untuk jadi image dan spoke person demi menyebarkan pesannya. Tahun ini, MTV Staying Alive memercayakannya kepada Sherina—yang menurut siaran persnya, karena segudang prestasinya dianggap sebagai icon yang pantas bagi generasi muda dan dapat memberi inspirasi serta contoh positif.
“Karena ini menyangkut anak-anak yang rentang usianya sama dengan saya, maka saya merasa punya tanggungjawab lebih untuk menyebarluaskan informasi tentang bahaya HIV/AIDS,” kata Sherina.
Khusus untuk event ini, salah satu lagu Sherina yang berjudul “Pikir Lagi” diangkat jadi theme song MTV Staying Alive 2010. Inti dari lagu itu adalah bercerita soal mengingatkan orang untuk berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu yang bisa merugikan dirinya dan orang lain.
Selain Sherina, di konser MTV Staying Alive 2010 itu juga akan tampil banyak musisi lain, di antaranya: Nidji, The Flowers, Shaggydog, BIP, /rif, PAS, hingga Bondan & Fade To Black. Sementara itu, para penonton hanya harus membayar Rp 10 ribu demi mendapat undangan masuk—itu pun sudah termasuk starter pack simPATI, serta produk dari Gatsby. Malah, dari pukul dua siang hingga empat sore, para pelanggan Telkomsel bisa masuk gratis.
“Untuk menanggulangi bahaya HIV/AIDS, salah satunya tentu harus membutuhkan edukasi. Nah tentunya, aktivitas edukasi itu butuh dana. Salah satunya dengan menyelenggarakan konser. Kami akan masukkan dana yang Rp 10 ribu itu ke Global TV Peduli yang selalu disalurkan untuk kegiatan amal,” kata David.

Selasa, 30 November 2010

Jogja Hip Hop Foundation Merilis Film Dokumenter Berjudul Hip Hop Diningrat

Hip Hop Diningrat berisi sejarah dan eksistensi musik Hip Hop Jawa yang dibuat langsung oleh pelakunya.

Tahun ini genap tujuh tahun grup musik Jogja Hip Hop Foundation berkarier di dunia musik. Grup yang dimotori oleh Marzuki “Kill The DJ” Mohammad ini dikenal karena ciri khasnya yang kuat pada penggunaan bahasa Jawa pada lirik-liriknya. Tak hanya masalah lirik, grup yang juga masuk dalam kompilasi Album Jogja Istimewa ini dikenal berkat keberhasilannya menggabungkan kebudayaan lokal dengan hip hop. Perjalanan tujuh tahun grup ini dan musik Hip hop Jawa secara keseluruhan kemudian mereka kemas menjadi sebuah film dokumenter berjudul Hip Hop Diningrat.
“Pada dasarnya Hip Hop Diningrat itu kan plesetan kata dari Ngayogyokarto Hadiningrat. Ningrat artinya bangsawan, Diningrat artinya di kerajaan, kami kan tumbuh dan besar di daerah Kraton Yogyakarta,” jelas Marzuki yang bertindak sebagai produser sekaligus sutradara film ini bersama Chandra Hutagaol. Film ini dibuat dengan merangkai lebih dari 300 kaset hasil dokumentasi grup ini semenjak tahun 2003 sampai 2009 lalu. “Untuk merangkai 300-an kaset video itu, kami perlu bikin shooting interview, tujuannya untuk merangkai serakan-serakan dokumentasi yang ada. Prosesnya sendiri memakan waktu satu setengah tahun, sampai kita hampir putus asa,” paparnya.
Film yang tayang perdana di event Jakarta International Film Festival (JiFFest) 2010 ini menurut menurut Marzuki menyoroti sejarah hip hop Jawa, lengkap dengan perjuangan eksistensinya, juga tentang mimpi dan nilai-nilai anak muda Jawa. Dalam katalog resmi Jiffest 2010 film ini dideskripsikan dengan, “Sebuah cerita unik tentang kultur hip hop dari kota Jogja, di mana kebudayaan urban bertemu dengan tradisi Jawa untuk menciptakan produk kesenian kontemporer”. “Sebenarnya kami tidak mempunyai tendensi untuk jadi kontemporer. Tapi banyak orang menyebutnya demikian. Kami hanya mencintai tradisi kami,” tutur Marzuki mengenai stempel kontemporer pada film ini.
Dengan dibuatnya film Hip Hop Diningrat semakin meneguhkan posisi Jogja Hip Hop Foundation dalam memadukan nilai tradisi Jawa dengan hip hop. Meski telah sukses meramu kedua unsur tersebut, Marzuki tetap menekankan bahwa pilihan mereka untuk memainkan hip hop Jawa bukanlah semangat primordial. Melainkan usaha untuk mengenal diri sendiri. “Ketika kita paham siapa diri kita, pertemuan dengan yang lain akan semakin mutualis,” tuturnya.
Setelah Jiffest, film berdurasi 65 menit ini rencananya akan diputar di Festival Film Dokumenter yang diadakan di Yogyakarta pada bulan Desember. Sementara untuk world premiere, film ini akan diputar di New York dan Canberra. Hip Hop Diningrat akan menjadi catatan penting bagi perkembangan sejarah musik hip hop di Yogyakarta. “Sejak ada hip hop Jawa hingga sekarang musik hip hop di Jogja belum pernah sepi, di kota-kota lain hip hop sempat mati suri,” tutup Marzuki.

James LoMenzo: Megadeth adalah Bisnis yang Serius

James Lomenzo, mantan pemain bas White Lion yang awal tahun ini juga berstatus mantan pemain bas Megadeth, pada Jumat (26/11) malam memasuki sebuah ruangan di mana kami telah menunggunya.

Sebuah bas Yamaha BB Custom abu-abu tua mengilap dan tampak sangat terawat yang ia bawa diletakkannya pada salah satu sisi ruangan. Kemudian ia terlihat bertanya pada seseorang yang mengantarnya. Orang yang ditanya menjawab dalam volume yang rendah. “O, Rolling Stone magazine! I love Rolling Stone magazine,seru Lomenzo dan sejurus kemudian menghampiri kami.

Dengan tangkas dan jauh dari kesan canggung kini Lomenzo sudah meneliti kamera di tangan fotografer saya. “Kamera apa ini? Sepertinya ini bagus,” gumam pemain bas yang berkontribusi pada album studio United Abominations (2007) dan Endgame (2010) serta tampil pada DVD Blood in the Water: Live in San Diego (2010) Megadeth itu—tentu saja dalam bahasa Inggris.

Tidak tampak kelelahan di raut wajah Lomenzo meski kenyataannya ia sedang berada di tengah tur lima negara dalam rangka Yamaha Bass Clinic 2010. Indonesia adalah negara terakhir yang ia kunjungi. Dan Jakarta adalah kota kedua yang ia sambangi setelah sehari sebelumnya sempat memberikan klinik di Surabaya. Bandung menjadi kota terakhir di Indonesia yang ia singgahi sebelum kembali pulang ke negara asalnya.

Anda menyukai tur seperti ini?
This is fine, man. Pada dasarnya saya suka untuk melihat dunia. Dan kalau diingat-ingat lagi ke era 80an, saat saya masih bersama White Lion, saya tidak terlalu menyukai hal seperti ini. Karena saat itu kami sangat sibuk dengan kesuksesan yang cepat datang, sehingga kami tidak sempat melihat apapun. Saat kami di Paris, saya sangat ingin melihat Menara Eiffel tapi tidak mempunyai waktu. Wawancara, konser, wawancara lagi, kembali ke hotel dan besoknya sudah harus pergi. Tapi saat itu mereka melakukan satu kesalahan dengan memberikan banyak sekali sampanye ke kamar kami. Jadi malam itu kami meminum cukup banyak sampanye. Dan kami pun akhirnya pergi ke Menara Eiffel dengan mobil sewaan sambil menyanyikan "Aloutte."

Seperti apa tepatnya perasaan Anda pernah berada di dalam sebuah band rock besar?
Biasa saja. Serius. Karena saat saya berumur 19 atau 20 tahun, saya main musik bersama seorang pemain drum bernama Bobby Rondinelli, yang pernah bermain di band-nya Ritchie Blackmore, Rainbow. Dan kemudian dia (Bobby) mengajak saya tampil di Ritchie Blackmore's Night pada akhir pekan dalam formasi band trio. Saya bernyanyi sembari main bas. Saya terlempar ke situasi itu, unjuk gigi dengan memainkan lagu-lagu Deep Purple, Jimi Hendrix… Itu adalah terakhir kalinya saya merasa takut. Karena setelah saya selesai, Ritchie Blackmore berbicara di dekat telinga saya: "Kamu hebat, kamu cukup bagus." Itu memberikan saya rasa percaya diri yang banyak. Jadi kalau Anda sudah memulai dari sana, Anda akan merasa sama saja seperti yang lainnya. Dan saat saya bergabung dengan White Lion itu bukan karena mereka terkenal. Malahan saat itu mereka masih berjuang dan menjadi band klab.

Tidak ada perasaan bangga saat bergabung?
Saya bangga pernah menjadi bagian di semua band yang saya masuki. Ketika White Lion tidak populer lagi, karena era 80an terlalu dekat ke era 90an, yang saya katakan kepada semua personil adalah, “Jangan membicarakan White Lion terus-terusan. Because we’re heavy band!” Dan ketika kami mulai merasa bahwa itu agak aneh, saya mengerti dengan persepsi yang ada di kepala saya, “kami telah menjual tiga juta kopi album. Tidak ada sesuatu yang semestinya dianggap memalukan.” Saya bangga dengan White Lion.

Apakah Anda sudah bertemu Mike Tramp di sini?
Dia seharusnya datang hari ini. Saya sudah berbicara dengannya tiga minggu yang lalu. Dia bilang, istrinya punya urusan yang harus dikerjakan. Saya sendiri adalah orang yang hidup untuk mendukung istri. Jadi saya memaklumi kalau dia tidak bisa datang hari ini.

Rencana reuni dengan Mike dan White Lion?
Tidak ada masalah dengan reuni. Saya sekarang punya waktu dan ini sepertinya waktu yang bagus… [bergumam] Dia tidak akan melakukannya.

Kenapa?
Itu adalah pertanyaan terbesar. [menyeringai] I think he the ones who maintain his own legend, keep his legend, make his legend. Not come back. Just go away. Saya tahu dulu Mike bertahun-tahun mencoba mengajak Vitto kembali bergabung, dan dia juga mengajak saya, tapi saat itu saya sedang sibuk dengan Black Label Society. Saya tentu saja akan senang jika bergabung lagi dengan White Lion dan Michael. Mungkin kami bisa melakukannya dengan mencari gitaris baru, memainkan beberapa lagu dan melihat apa yang terbaik yang bisa kami lakukan.

Anda sekarang bergabung dengan band apa?
Saya main dengan Geoge Lynch sejak keluar dari Megadeth. Dia adalah seorang pemain gitar yang hebat.

Lynch Mob?
Iya, Lynch Mob. Terdengar buruk memang. Di Amerika itu memiliki arti yang sangat buruk. Nama itu dari penggantungan orang-orang kulit hitam di Selatan. Tapi sebenarnya Lynch adalah dari nama George Lynch. Hanya permainan kata-kata. Kami tidak rasis atau sejenisnya. Tapi itu sesuatu yang membuat saya tertawa, Lynch Mob.

Lynch Mob bukan band mainstream, bagaimana cara Anda mengatasi perubahan yang terjadi dalam hidup Anda?
Megadeth adalah bisnis yang serius. Saya pikir bahkan para penggemarnya pun mengerti hal itu. Begitu juga Metallica. Semuanya adalah mengenai bekerja, persiapan dan merengkuh penggemar sebanyak mungkin. It’s a full-time job. Wajib bangun di pagi hari, Anda hidup dengan cara seperti itu. Dan itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan oleh band seperti mereka. Karena fanbase mereka sungguh setia. Menjaga fanbase adalah menjaga bisnis tetap berjalan. Saat saya ada di Megadeth, begitu banyak pekerjaan untuk saya. Saya bukan orang pemalas, tapi pada saat yang sama saya juga suka bersenang-senang. Megadeth sangat berbeda dengan Black Label Society. Ketika Black Label Society latihan, akan ada istirahat untuk pesta barbeque, latihannya malah tidak terlalu banyak. Sedangkan di Megadeth latihan adalah latihan.

Apa yang sebenarnya terjadi saat Anda keluar dari Megadeth?
Saya menemukan fakta bahwa mereka mencoba menarik Ellefson kembali. Tapi mereka tidak pernah memberitahu saya sebelumnya. Itu sebuah kejutan tapi bukan goncangan. Itu menjadi kejutan karena memang sudah waktunya bagi dua Dave itu berbicara dan membuat sebuah kesepakatan, tapi saya tidak menyangka akan terjadi secepat itu juga. Jadi mereka memberikan saya asuransi. Kebijakan asuransi [tertawa]. Saya akan lebih suka jika mereka telah mengatakan bahwa itu adalah rencananya sejak awal, sehingga saya bisa merencanakan masa depan saya. Saya menerima telepon sejam sebelum hal itu diumumkan tanpa saya tahu apa-apa. It was really pretty shifty. Ini bisnis musik, bukan bisnis persahabatan. Saya mengerti itu. Beginilah memang hidup kadang-kadang. Saya sungguh-sungguh berpikir bahwa itu gagasan yang hebat, karena Megadeth dalam perayaaan Rust In Peace. Jadi dengan menarik David Ellefson kembali dan tur Big 4 itu akan menjadi sangat menarik. Bahkan untuk saya seorang penggemar Megadeth.

Ketika itu terjadi, saya keberatan tapi tidak apa-apa. Jadi, sekaligus untuk menjawab pertanyaan Anda sebelumnya, saya menjadi personil Lynch Mob adalah hal yang sangat mudah. Itu adalah sebuah band jam dengan lagu-lagu yang hebat, pemain gitar yang hebat, pemain drum Brian Tichy adalah teman lama saya. Jadi band itu secara keseluruhan hebat. Itu adalah hal yang menyenangkan.

Anda kehilangan pekerjaan. Sedih atau marah?
Tidak sama sekali. Karena saya sudah pernah seperti ini. Bukan dalam arti saya pernah dipecat sebelumnya, tapi saya tidak pernah bertahan lebih dari empat atau lima tahun di semua band yang saya masuki. Dan kemudian band berhenti berbisnis (maksud Lomenzo adalah White Lion—red). Dalam kasus kali ini bandnya bukan berhenti berbisnis, melainkan ingin beranjak ke tahap bisnis yang lain. Seperti yang saya bilang, saya mengerti alasannya. Dan ketika saya bergabung di Megadeth adalah karena mereka membutuhkan pemain bas. Mereka belum menemukan seseorang seperti David Ellefson yang bisa menjaga kelangsungan Megadeth. Jadi karena itulah saya ada di sana saat itu. Kini mereka telah memiliki David Ellefson kembali, dia adalah orang yang tepat untuk pekerjaan itu sebagai pemain bas asli. Saya benar-benar merasa baik-baik saja tentang itu. Saya tidak bisa marah, karena seperti yang saya bilang ini adalah bisnis musik bukan bisnis pertemanan.

Kelihatannya Anda menikmati menjadi session-musician...
Itu sesuatu yang terjadi begitu saja. Saya tidak pernah merencanakannya. Sewaktu muda saya pernah mengatakan ingin menjadi lead-singer dan leader. Tapi sepertinya arus membawa saya ke arah yang berbeda. Dan saya tidak melawannya. Sebenarnya sekarang saya punya band lain yang sedang saya kerjakan juga. Itu adalah band trio. Dan saya belum bisa mengatakan kepada Anda sekarang siapa saja personilnya, tapi saya akan menjadi penyanyi di band itu. Jadi ini adalah proyek selanjutnya.

Anda memiliki suara yang bagus, semua orang mengatakan itu.
I do have pretty good voice, thank you. [tertawa]