Sabtu, 01 Januari 2011

Albums of The Year

1. Kanye West
My Beautiful Dark Twisted FantasyRoc-A-Fella/Def Jam
Pada My Beautiful Dark Twisted Fantasy, Kanye West membuat musik yang tak kalah berantakan dengan hidupnya. Di sela-sela perseteruan dengan Matt Lauer atau mengomel di Twitter, Kanye membangun hip-hop yang epik, lagu-lagu yang penuh dengan aksi megah yang hanya dilakukan orang nekat dan hanya berhasil dilakukan orang-orang yang bakatnya luar biasa. Semakin banyak unsur yang dimasukkan – string section, solo piano Elton John, ocehan vocoder, cameo Bon Iver, sample King Crimson dan Rick James – semakin bagus pula musiknya. Lirik Kanye belum pernah sekocak ini (“Have you ever had sex with a pharoah?/I put the pussy in a sarcophagus”) atau lebih bijak mengenai kebiasaannya yang merusak hubungan. Lewat “Power” yang mengusung prog rock, kemegahan angker “Runaway” dan “Hell of a Life” yang terus berubah, dia membuat semua musik lain terasa lebih dangkal dan tumpul. Apakah album ini dark? Pasti. Twisted? Tentu saja. Namun yang paling penting, album ini indah.

2. The Black Keys
BrothersNonesuch
Inilah album terbaik duo ini: lagu-lagu kuat yang minimalis dan mentah, dengan sentuhan warna dan hook yang panas. “Howlin’ for You” memadukan blues dengan irama glam yang diambil dari “Rock and Roll Part 2”-nya Gary Glitter, sedangkan lagu hit patah hati “Never Gonna Give You Up” milik Jerry Butler menonjolkan sosok Dan Auerbach sebagai penyanyi soul bersuara falsetto. Inilah minimalisme rock yang dipacu secara maksimal.


3. Elton John and Leon Russell
The UnionDecca
Dua raksasa rock, salah satunya nyaris terlupakan, menjalin kembali persahabatan dan membuat musik yang layak disejajarkan dengan karya terbaik mereka. Produser T Bone Burnett menghasilkan produksinya yang paling spektakuler dalam beberapa tahun terakhir, penuh dengan steel guitar gemerlap, brass section riang dan paduan suara gospel. Namun pada akhirnya adalah suara Russell yang paling bersinar, dengan menuangkan seluruh sejarah musik populer Amerika ke dalam lantunannya yang bijak dan rapuh.

4. Arcade Fire
The SuburbsMerge
Arcade Fire tidak melakukan apa-apa dengan skala kecil – maka kolektif asal Montreal ini membuat album orchestral rock megah yang bercerita tentang perang batin manusia di tengah-tengah rumah besar dan halaman rapi. The Suburbs adalah album mereka yang paling berani sejauh ini: Simak string section yang gila pada “Empty Room”, energi Crazy Horse pada “Month of May”, synth-pop disco pada “Sprawl II (Mountains Beyond Mountains)”. Pasangan suami-istri Win Butler dan Regine Chassagne bernyanyi tentang kebosanan di pinggir kota, rasa takut akan perubahan dan keinginan punya anak – dan selalu menyuarakan pengakuan yang paling intim secara menggelegar dan menemukan keindahan di mana saja.

5. Jamey Johnson
The Guitar SongMercury
Apa yang disimpan Jamey Johnson di balik rambut lebatnya? Lagu-lagu. Bintang Nashville yang paling keras ternyata merupakan musisi tradisional yang paling dapat diandalkan, seorang profesional ala Music Row yang dapat menulis lagu untuk semua emosi. Johnson menciptakan banyak lagu – 25, dengan durasi melebihi 105 menit – untuk album keempatnya yang berisi 2 CD: curahan hati pada akustik dan boogie blues keras, lagu-lagu sentimental dan angker, lagu orang dan lagu lucu-lucuan, serta “California Riots” dan “Playing the Part”, sepasang lagu kocak dari orang udik yang menghujat orang-orang liberal.

6. Vampire Weekend
ContraXL
Contra adalah album di mana Vampire Weekend menyadari mereka bisa melakukan apa saja: lagu-lagu indah yang pelan dan dubby, pseudo punk bising, riff gitar Afrika, lantunan paduan suara, lagu-lagu dengan rima “horchata”, “Aranciata” dan “Masada”. Ezra Koenig menulis lirik rumit tentang cinta muda dan ketegangan Dunia Ketiga, namun sedalam apa pun renung-annya, kekuatan melodiusnya tak pernah hilang: Jarang ada lagu dengan produksi semewah ini yang terasa begitu enteng atau berlalu dengan cepat. Saat kita mengagumi balada “I Think UR a Contra” atau “Your sword’s grown old and rusty/Burnt beneath the rising sun” (dari “Giving Up the Gun”) menempel di kepala, kita sadar bahwa kenikmatan tak kalah penting bagi orang-orang ini.


7. Drake
Thank Me LaterCash Money/Universal
Setelah tiga tahun mengeluarkan mixtape, menjadi bintang tamu dan gembar-gembor tanpa henti, album perdana mantan aktor yang menjadi rapper asal Kanada ini memenuhi ekspektasi dengan beat lezat, rap rapi dan introspeksi yang dalam. Gaya mengoceh Drake yang santai dan soulful menambah sisi ironi pada renungannya tentang kehidupan pesta pora. Dialah bintang terkemuka di dunia hip-hop pasca-Kanye yang tersiksa: seseorang yang tidak bisa memutuskan apakah “I’ve been up for four days gettin’ money” adalah sesumbar atau beban.


8. Robert Plant
Band of JoyRounder
Silakan terus menunggu, Jimmy Page – dia takkan kembali. Setelah mengeluarkan Raising Sand (2007) yang mengusung musik roots, Plant mengeluarkan album yang lebih berani dan kental roots Plant dan bandleader-nya, gitaris Buddy Miller, mengolah lagu-lagu kuno dan tema modern dengan eksplorasi psychedelic terhadap blues dan country dan membawakan lagu-lagu Los Lobos, Townes Van Zandt, band slow-core Low dan gospel seolah-olah semuanya adalah persinggahan dalam jalan menuju nirwana.


9. Eminem
RecoveryAftermath/Interscope
Eminem berceloteh “Let’s be honest, that last Relapse CD was ehhh” pada Recovery, yang mengambil posisi victory lap pasca-rehabi-litasi yang seharusnya ditempati Relapse yang kekanak-kanakan. Dengan mendominasi radio, Eminem kembali ke puncak di tahun 2010, namun dia juga lebih tua dan bijak: seorang ayah ketakutan yang berhasil lolos dari maut dan kembali dengan kemampuan utuh. Saat dia berjanji tetap bersih pada “Not Afraid”, kita tahu dia serius.


10. LCD Soundsystem
This Is HappeningDFA/Virgin
James Murphy mengerahkan pasukan punk funk asal New York-nya untuk album putus cinta yang berat, dan menggali keluar dari runtuhan emosional dengan bantuan keyboard gemilang Nancy Whang dan pukulan drum dahsyat Pat Mahoney. Murphy bersaksi tentang cinta dewasa yang kandas (“I Can Change”) diiringi berbagai jenis musik electronic dance, sementara lagu lucu “Drunk Girls” menawarkan semboyan bagi kekasih bebas di mana pun berada: “I believe in waking up together.”


11. The Dead Weather
Sea of Cowards Warner Bros./Third Man
Ini bisa dibilang lebih menyerupai serangkaian kejang metallic blues daripada album – dan rock ekstrim yang paling menyenangkan tahun ini. Jack White duduk di belakang kali ini – sebagai drummer-vokalis – namun dia tetap memimpin: Pukulannya a la Bonham memacu gitar yang berliuk-liuk serta nyanyian Gothic oleh Alison Mosshart.

12. John Mellencamp
No Better Than This Rounder
Idealisme folk blues – yang direkam pada tape machine mono di tempat-tempat seperti gereja di Georgia dan Sun Studios – dengan amarah modern terhadap dunia setelah krisis finansial. Saat Mellencamp menyanyikan “A Graceful Fall”, dia memancarkan kebanggaan dan amarah bagaikan laporan bisnis semalam.


13. Taylor Swift
Speak NowBig Machine
Speak Now
membuktikan bahwa Swift tak sekadar penyanyi country terbesar di dunia – di usia 21 tahun, dia adalah pabrik lagu dengan jiwa rock & roll. Ada lagu-lagu tentang kekasih selebriti, namun yang paling penting adalah penguasaannya terhadap balada lembut seperti “Enchanted” atau lagu rock ala Phil Spector seperti “Long Live”.


14. Robyn
Body TalkCherrytree/Interscope
Body Talk
berawal sebagai dua album mini adiktif; begitu album penuhnya keluar, rasanya seperti album greatest hits. Beat dan lagu sang diva Swedia ini mengalahkan para pesaingnya dari Amerika. Begitu juga selera humornya: Simaklah “Fembot” dan “Don’t Fucking Tell Me What to Do” yang diam-diam mengharukan.


15. The National
High Violet4AD
Band rock pemurung asal Brooklyn ini bisa saja mengulangi formula album Boxer yang mengangkat nama mereka di tahun 2007, namun Violet lebih berani dan cerdas, dibuka dengan permainan gitar puitis dan jiwa eksperimen ala The Beatles. Matt Berninger menyanyikan “Bloodbuzz Ohio” bagaikan pengunjung bar yang merasa kita tidak bisa melihat rasa takutnya.


16. Kid Rock
Born FreeAtlantic
Mr. Bawitdaba akhirnya membuat album Bob Seger impiannya. Album bernuansa classic rock yang diproduseri Rick Rubin ini seperti mendengar radio di Detroit tahun 1975: Dengan lagu-lagu anthem, country rock dan boogie, Rock menunjukkan variasi – dan kedalaman – yang tak terlihat di masa mudanya.

17. Beach House
Teen DreamSub Pop
Vokal seksi Victoria Legrand terasa mengawang dan androgini, seperti curhatan teler di malam hari dan masih belum jelas kita akan tidur di mana. Beach House mempertajam sound dan hook di album ketiga ini – dan secara mengejutkan itu ternyata membuat musik mereka semakin misterius dan magis.


18. Kings of Leon
Come Around Sundown RCA
Album arena rock terbaik tahun ini. Doo-wop udik pada “Mary” dan country ala U2 pada “Back Down South” menggambarkan Kings of Leon pada titik tengah sempurna antara pop murni dan musik tradisional. Dan “The End”, lagu pertama Sundown, terdengar seperti awal yang baru.

19. M.I.A.
Maya N.E.E.T./Interscope/XL
Hujatan terhadap ulah-ulah M.I.A. – video “Born Free” yang eksplisit dan perseteruannya dengan New York Times – membuat orang-orang lupa bahwa provokasi terbesarnya di tahun 2010 terdapat dalam musiknya. Kebisingan art punk dan electro beat di album Maya menciptakan musik protes yang paling tajam belakangan ini.

20. Neil Young
Le NoiseReprise
Bergejolak, terdistorsi – dan salah satu album Young yang paling intim. Le Noise kebanyakan berisi gitar elektrik solo yang tajam, namun bahkan saat Young bermain akustik di “Love and War”, tekad yang dijalani seumur hidupnya – “There’ve been songs about love/I sang songs about war/Since the back streets of Toronto” – masih cukup keras.

Tidak ada komentar: