Sabtu, 01 Januari 2011

20 Album Terbaik Indonesia 2010

Tahun 2010 adalah tahun yang menyenangkan bagi musik Indonesia, beberapa band lama mengalami rejuvenasi dan meninggalkan kesan mendalam di tahun ini melalui album-album terbaik mereka.

Yang terpenting, menurut kami yang berada di majalah Rolling Stone Indonesia, para artis-artis ini membawa harapan baru bagi perkembangan musik tanahair di tahun depan dan tentunya pantas mendapat perhatian lebih dari Anda semua. Selamat tahun baru 2011.

1. Bangkutaman
Ode Buat Kota Jangan Marah/Demajors
Selesai bersekolah di Yogyakarta, para personel Bangkutaman kembali ke kota asal, Jakarta, untuk bekerja dan hidup. Mereka berjumpa dengan masalah klasik kota besar: transportasi yang kalut, manusia individualistis, tingginya tingkat kejahatan, dan kondisi sosial yang membuat galau. Bukan perjumpaan asal lewat, namun perjumpaan rutin yang mendatangkan gelisah. Dan kalau pun mereka mengeluh, paling tidak ada sesuatu yang terbit darinya. Berbagai tangkapan cermat yang tersebar di 10 lagu dalam Ode Buat Kota menunjukkan pergaulan urban yang jujur di belahan-belahan Jakarta yang tak kebagian waktu untuk bersolek. Secara musik, Bangkutaman yang pernah sangat identik dengan The Stone Roses kini lebih banyak meminjam gaya khas Lou Reed, Bob Dylan, sampai The Mamas & The Papas, menampilkan sound yang cenderung kasar dengan melodi legit. Ode Buat Kota adalah catatan yang gamblang, bernas, sekaligus penuh perasaan tentang Jakarta.


2. The Flowers
Still Alive and Well Demajors
Salah satu dedengkot rock & roll ibu kota kembali dari tidur panjang dan membuat album kedua yang mengagumkan. Masih setia memainkan rock & roll dengan pengaruh The Rolling Stones dan The Black Crowes, tapi kali ini kental dengan nuansa funk, dan sedikit sentuhan jazz—terutama karena kehadiran pemain saksofon Eugene Bounty yang membius dan tak sekadar jadi instrumen tambahan di antara raungan gitar Boris Simanjuntak dan paraunya vokal Zaid Barmansyah alias Njet yang liar. Tak sia-sia mereka menamakan judul albumnya Still Alive and Well, karena album ini membuktikan bahwa The Flowers masih hidup dan baik-baik saja. Salah satu lagu yang akan bersejarah dan menjadi klasik adalah “Rajawali.”


3. Bonita
Laju Rumah Bonita/Demajors
Tujuh tahun penantian Bonita terhadap sebuah album dibayar kontan melalui Laju. Biduan yang dulunya kental terpengaruh unsur R&B atau soul kini mulai bereksplorasi ke ranah musik baru, beberapa lagu seperti “Komidi Putar” atau “Rumahku” menyajikan empuknya suara Bonita yang terpengaruh folk. Bonita mumpuni menyikat groove Motown di beberapa tembang lainnya hingga membuat album ini jadi petualangan musikal yang menyenangkan. Berbagai dialek musikal dibahasakan, berbagai emosi dinyanyikan, berbagai aroma ditawarkan, membuat Laju menjadi rilisan terbaik sepanjang karier Bonita.

4. Sarasvati
Story of Peter Self Released
Ini adalah proyek solo dari mantan vokalis Homogenic, Risa Saraswati. Musik elektronik yang mengawang-awang dengan suasana mencekam terdengar dominan di album ini. Di “Bilur”, dia berhasil menggabungkan sentuhan musik tradisional (suling Sunda dengan nyanyian sinden) dengan musik modern yang menghasilkan aura mencekam tetapi indah. Tak hanya itu, Risa membawakan kembali lagu “Perjalanan” karya Franky Sahilatua dengan penghayatan yang baik sehingga memberi warna baru yang sesuai dengan karakter Risa. Secara keseluruhan, Sarasvati memberikan album yang mencekam sekaligus terdengar sexy.


5. White Shoes & The Couples Company
Album Vakansi Purapura Records/Demajors
Sejak album debut White Shoes & The Couples Company dirilis di tahun 2006, grup indie pop ini telah membawa mereka ke mancanegara. Berkat pengalaman tersebut mereks terdengar lebih dewasa dan mendunia pada Album Vakansi. Pengaruh funk dan Afrobeat masing-masing menyusup pada “Senja Menggila” dan “Matahari”, di samping pop Indonesia klasik ala White Shoes pada “Masa Remadja” dan “Kisah Dari Selatan Jakarta”. Sesuai judulnya, mendengar Album Vakansi membuat lebih segar bagaikan pergi liburan.


6. Kelelawar Malam
Kelelawar Malam Jenggo Records/Demajors
Mereka adalah yang terbaik bila bicara tentang penggabungan antara tema horror lokal dengan musik punk. Seperti The Misfits dengan vokalis berwibawa ala Iwan Fals, Kelelawar Malam menawarkan nomor-nomor antemik dengan konten lokal yang tinggi. “Malam Terkutuk” atau juga “Bangkit dari Kubur” merupakan sedikit contoh kreativitas tinggi dalam memberi penghormatan kepada pocong, kuntilanak, zombie, maupun ratu laut selatan. Semua dilakukan dengan seni yang estetis, serius tanpa bercanda, lagi elegan. Salah satu penghormatan terbaik dalam sepanjang sejarah musik Indonesia.

7. Monita Tahalea
Dream, Hope & Faith Inline Music
Monita Angelica Maharani Tahalea, sang gadis muda nan cantik itu, membuktikan telak bahwa sempat berkiprah di kompetisi bernyanyi Indonesian Idol bukan berarti kariernya harus menjadi tipe penyanyi a la Indonesian Idol juga. Dream, Hope & Faith adalah bukti langkahnya yang tepat bekerja sama dengan Indra Lesmana sebagai produser yang akhirnya berhasil total mengeluarkan potensinya sebagai penyanyi jazz yang andal. Terpengaruh Norah Jones, dan juga menggemari Ella Fitzgerald membuat album perdananya terasa tenang, easy listening, tapi masih memiliki sensibilitas pop tinggi hingga masih kuat di daya hibur.


8. Sandhy Sondoro
Sandhy Sondoro Sony Music
Album perdananya Why Don’t We yang dirilis di Jerman tahun 2008 menjadi jawaban penantian album penuh Sandhy Sondoro yang banyak dinantikan penggemarnya. Album berisi 12 lagu tersebut dirilis dengan tambahan 2 lagu baru, ”Bunga Mimpi” dan ”Salamanja”. Keunikan Sandy ada pada penghayatan lagu. Sandy berhasil memberikan nyawa dari setiap lagu yang dia bawakan. Simak ”Down On The Street” yang menjadi salah satu anthem klasiknya. Untuk lagu “Bunga Mimpi” dan “Salamanja”, dirinya membawa aroma soul dengan liukan khas karakter vokalnya itu. Sandhy Sondoro adalah paket lengkap seorang singer/songwriter masa kini.

9. Frau
Starlit Carousel Cakrawala Records/Demajors
Hanya butuh seorang Lani yang berusia 20 tahun dan sebuah piano untuk menelurkan album perdana yang mampu menggetarkan jiwa. Nyanyian bening, dan lirik dibawakan dengan penuh penjiwaan mengingatkan kita pada Tori Amos atau Regina Spektor. Permainan piano menyerempet klasik pun ada di beberapa bagian namun masih bersahabat bagi telinga pop. Judul seperti “Mesin Penenun Hujan” pun menambah nilai unik. Setelah Endah N Rhesa menggegar publik musik dengan konsep minimalis berdua dan akustik, kini saatnya Indonesia digenggam oleh Frau.

10. /rif
7 Sony Music Indonesia
Hard rockers pemuja celana kulit dan sepatu New Rock menjawab kekecewaan atas album sebelumnya, Pil Malu, yang membuat malu. Di album ini, mereka tak bereksperimen terlalu luas, kembali pada karakter awalnya: hard rock dengan riff menggempur tapi punya sentuhan pop kental dipadu dengan lenguhan vokal Andy yang sudah menjadi ciri khas tersendiri di industri musik Indonesia. Justru di lagu-lagu seperti itulah /rif berjaya. Lagu jagoan mereka, “Fight”, adalah salah satu lagu yang pa-ling menonjol di album ini, dan membuktikan bahwa perjuangan mereka meyakinkan perusahaan rekaman untuk merilis album ini tak sia-sia.

11. Leonardo
The Sun Buttonijo/Demajors
Sempat bersama Vessel di tahun ’90-an dan Zeke and the Popo di tahun 2000-an, juga proyek eksperimental dengan nama Ruang Hampa, akhirnya singer/songwriter ini merilis album solo perdananya. Kekuatan terbesar Leo terletak pada suaranya, menempatkan dirinya pada tipe penyanyi seperti Tom Waits atau Richard Hawley. Lagu-lagu di The Sun kebanyakan terdengar laid-back, bersuasana intim berkat dominannya gitar akustik, sempurna untuk vokal Leo yang berat sekaligus empuk, dan punya jangkauan yang lebar. Album cemerlang ini juga didukung oleh banyak musisi andal, termasuk Hendra Perdana (Anda) yang berhasil dalam perannya sebagai produser.

12. Andien
Kirana Platinum
Sepuluh lagu di album Kirana berisi penjelajahan Andien dalam konsep bermusik yang renyah dan mengalir. Di album ini Andien membawakan tafsir ulang ”Gemilang” dan ”Keraguan” yang pernah dipopulerkan Krakatau. Adaptasi yang luas dan membuat kedua lagu yang sudah telanjur kuat itu bisa tampil segar dengan penghayatan yang dibawakanya. Album in dibuka dengan lantunan irama enerjik lagu berjudul “Moving On” yang juga menjadi single. Duet produser Nikita Dompas dan Rifka Rachman berhasil melahirkan Andien dengan konsep album yang lebih lebar dibandingkan album-albumnya sebelumnya.

13. Maliq & D’Essentials
The Beginning od a Beautiful Life Organic Records/Warner Music Indonesia
Pada albumnya yang keempat, kereta Maliq & D’essentials terus melaju tanpa tanda-tanda berhenti. Band ini sudah menjadi jaminan mutu dalam menghibur, ini yang mereka tawarkan di The Beginning of a Beautiful Life lewat “Terlalu” dan “Get Down & Slide”. Walau jumlah lagu per album tak sebanyak dulu, mereka masih menemukan tempat untuk mencoba hal-hal baru, seperti “Menari” atau “Berbeda” yang beralih dari melankolis ke riang dan balik lagi. The Beginning of a Beautiful Life adalah lanjutan dari karier yang indah.

14. BIP
Berangkat Fame Music
Lama asyik dengan proyek masing-masing, pemain bas Bongky, pemain keyboard Indra Q, vokalis Ipang, dan gitaris Pay Burman kembali membuat musik untuk kelompok mereka. Hanya enam lagu di album ini, tapi semuanya kuat. Secara aransemen, vokal Ipang terdengar lebih melebur jika dibandingkan dengan ketika dia baru bergabung dengan BIP. Pilihan sound-nya lebih pas dengan vokal Ipang. Meskipun Indra Q mengumbar pengaruh sound ’80-an, musik di album ini masih terdengar kekinian. Ada lagu humoris di “Mane-Mane Boleh”, romantis di “Seluk Beluk Hatimu” hingga sindiran pada rock star di “Fenomenal.”

15. Slank
Jurustandur No. 18 Slank Records
Ini adalah album ke-18 Slank yang digarap karena mereka terlalu lama terjegal perizinan manggung. Meskipun drummer Bimbim yang menulis sebagian besar lagu di album ini, tapi kawan-kawannya yang lain berhasil menerjemahkan setiap lagu dengan baik sehingga di antara manisnya lagu-lagu pop bertema cinta (“Menyakitimu” dan “Lagi”) masih terselip lagu rock & roll dengan lirik kritis (“Bobrokisasi Borokisme” dan “Merdeka”) seperti harapan banyak orang pada Slank. Pilihan Kaka duet dengan Fahrani di lagu “Kukejar dan Kutangkap Kau (KKK)”, tak membuat malu. Album ini bukti Slank mampu menyalurkan energi yang terpendam dengan baik.


16. Gugun Blues Shelter
Gugun Blues Shelter BugsPro
Album terakhir Gugun Blues Shelter ini terlahir berkat konflik berkepanjangan dengan label rekaman mereka terdahulu. Seharusnya ada album sebelum ini yang sayangnya batal dirilis. Dengan produksi yang hanya memakan waktu sebulan, album yang direkam semi live ini berhasil mengemas blues rock a la Led Zeppelin, Stevie Ray Vaughan, Jimi Hendrix ke dalam format paling menarik di dekade 2000 an dan yang terpenting, “Original!” Simak lagu “Fight For Freedom,” power-ballad “When I See You Again” dan nomor balas dendam nan progresif dalam “White Dog” untuk membuktikan bahwa Gugun Blues Shelter adalah the real deal!

17. Jogja Istimewa 2010
Album Kompilasi Demajors
Album kompilasi ini rilis hampir berbarengan dengan situasi memanas antara Istana Merdeka versus Istana Yogyakarta. Bahkan lagu-lagunya de-ngan brilian menjadi soundtrack unjuk rasa warga Yogyakarta. 10 artis indie lintasaliran yang lolos kurasi ketat tampil mewakili scene musik terkini daerah istimewa ini. Ki Jarot (Jogja Hip Hop Foundation) dengan nomor rap Jawa eksotik “Jogja Istimewa,” denting piano dan vokal membius Frau di nomor “Confidential,” gemuruh metal matematika dari Cranial Incisored hingga dendang musik dub nan menawan “Endless Night” dari Dub Youth. Semuanya menegaskan bahwa Jogja memang Istimewa!

18. Iwan Fals
Keseimbangan Fals Records
Album terbaru dari materi-materi lama yang selama ini sebagian sudah kerap dibawakan di atas panggung. Judul Keseimbangan adalah estafet dari album 50:50. Di Keseimbangan, Iwan Fals jadi musisi yang tak terikat label. Rata-rata lirik yang termuat mengakar pada tema kecintaan pada alam, Tuhan, dan manusia. Satu yang cukup menarik ialah lirik yang ditulis oleh KH Mustafa Bisri atau Gus Mus di lagu ”Aku Menyayangimu”, yang mengandung makna mendalam. Tidak ada yang sangat istimewa dalam sisi musik Iwan Fals di album ini. Semuanya bermain aman dan teratur. Namun dari sisi lirik, harus diakui penuh makna mendalam.

19. Endah N Rhesa
Look What We’ve Found REIProject/Demajors
Di album kedua, Endah N Rhesa terdengar lebih tahu apa yang mereka mau. Jika di album pertama warna lagu-lagunya terdengar hampir belang, di album ini benang merah dari sisi musikal lebih te-rasa—permainan rhythm guitar Endah lebih diumbar. Kisah soal suku di sebuah pulau akhirnya senada dengan atmosfer lagu yang banyak terpengaruh suasana tribal. Di “Midnight Sun”, ada musik yang iramanya seperti mengajak berlari. Lantas ada “Kou Kou The Fisherman” yang energik dan menghentak dalam caranya sendiri. Ada pula “It’s Gone” yang terdengar pilu. Secara keseluruhan, ini sebuah sekuel yang menarik.

20. Siksakubur
Tentara Merah Darah Fast Youth Records
Salah satu aksi death metal terbaik milik bangsa ini menjadi kian hebat dengan album kelima yang eksploratif. Tentara Merah Darah adalah sebuah konsep album di mana Siksakubur memuntahkan metal teknikal dan rapat, dengan ketukan hyperblast yang brutal sembari meneriakkan lirik lagu demi lagu karena terinspirasi novel, yang akhirnya diangkat ke layar lebar, berjudul 300. Pengaruh band Eropa seperti Behemoth dan juga Decapitated menghias di sana-sini. Tema atheisme atau satanisme bisa jadi sudah usang. Siksakubur membuktikannya, membahas cerita rakyat adalah prestasi.

Tidak ada komentar: