Mereka memainkan Blue Album dan Pinkerton secara penuh.
Music news for all people. Helping you to get any informations about music, all for music. Enjoy it and make your life better
Minggu, 05 Desember 2010
Weezer Menggelar Tur Pendek
Luna Maya: Ariel Tak Tergantikan
Luna pertama menjejak kaki di dunia hiburan dalam pemilihan Cover Girl Majalah Aneka 1999. Sejak itu karirnya melesat dengan membintangi sederet video klip dan jadi model papan atas. Di atas Toyota Alpard miliknya yang meluncur dari Jakarta ke Bandung kemarin, Luna blak-blakan kepada Tempo tentang hubungannya dengan Ariel.
Kapan Anda kenal Ariel? Tahun 2004. Saya dikerjain sama temen. Temanku lagi telepon-teleponan dengan Ariel, terus teleponnya langsung dikasih. Jadinya kita kenalan.
Yang minta kenalan Anda atau Ariel? Bukan dua-duanya. Sebelum telepon dikasih, saya malah tidak tahu dengan siapa saya bicara.
Anda fans Peterpan? Nggak. Saya baru denger Peterpan setelah album kedua keluar (Bintang di Surga, 2004). Waktu pertama dengar, saya malah komentar, "Nama band kok Peterpan." Terus waktu lihat video klipnya, komen saya, "Ih aneh banget." Ha ha ha.
Tapi waktu kenalan di telepon, Anda tahu Ariel kan? Iya. Dia juga tahu saya.
Setelah itu? Kami bertukar nomor. Tapi tidak telepon-teleponan, paling cuma sms-an.
Siapa yang pertama sms? Ha ha ha, pertanyaannya aneh banget. Lupa, soalnya udah lama banget. Udah enam tahun, lho.Isi sms Ariel apa saja?"Hai lagi ngapain?" Standar abis, ya. Ha ha ha. Dia emang tipe orang yang tidak banyak omong, introvert, pasif.
Lantas apa yang bikin Anda suka kepada Ariel? Dia tuh unpredictable, bener-bener tidak bisa ditebak. Tidak pernah cerita kalau tidak ditanya. Jadi kesannya misterius banget.
Luna sempat menghentikan ceritanya karena asmanya kumat. Batuk datang tiada henti. Dia baru bisa kembali bertutur setelah menghisap ventolin. Asma Luna kambuh kalau terkena debu, nangis, atau tertawa. Jadi kemana-mana dia harus bawa ventolin.
Biasanya kalau jalan berdua Ariel ngapain? Biasa banget, paling ke mal, nonton bioskop, makan. Waktu Tahun Baru 2005, saya naik kereta ke Bandung untuk merayakan Tahun Baru di rumah Andika (mantan kibordis Peterpan). Itu pertama kalinya saya dikenalin sama anak-anak Peterpan. Saya di Bandung sampai 3 Januari 2005. Kalau di Bandung, jalannya ke Lembang.
Waktu itu sudah resmi pacaran? Ga ada kata-kata "jadian" tapi kita sudah dekat banget. Kita juga nggak punya tanggal "jadian".
Tidak pernah "jadian" tapi pernah "putus" ya? Iya mulai pertengahan 2005, karena Ariel menikah. Waktu itu kami benar-benar tidak pernah saling kontak. Saya juga punya pacar lain.
Bagaimana hubungan kalian setelah Ariel menikah? Karena sama-sama di dunia entertainment, pasti kami saling bertemu. Kalau bertemu ya pasti menegur. Jadi pasti keep in touch.
Lantas kapan mulai dekat lagi? Kami mulai sering berkirim sms lagi pertengahan 2008 (Ariel bercerai dengan Sarah Amalia pada 27 Mei 2008). Saya coba jadi temannya karena itu tahun sulit bagi Ade (panggilan Ariel di keluarganya). Selain bercerai, dua personelnya (Andika dan Indra) keluar dari Peterpan. Dia butuh support.
Saat itu Anda masih menyimpan hati untuk Ariel? Ya, dulu waktu lagi seru-serunya, kami harus pisah. Jadi pas ketemu, memori itu masih ada. Hubungan kami mengalir saja. Sejak Desember 2008, mulai saling kenalkan satu sama lain sebagai pacar.
Jadi seberapa besar cinta Luna Maya terhadap Ariel? Memang cinta ada takarannya ya, sebesar apa saya tidak tahu, yang jelas saya nyaman sama dia dan belum terpikir sedikit pun untuk mencari pengganti dia.
Luna hanya tersenyum saat ditanya rencana pernikahan. Tapi sang pacar memberikan jawaban positif. Nantikan wawancara Tempo dengan Ariel Senin (6/12). REZA M
Kamis, 02 Desember 2010
MTV Staying Alive Kembali Digelar, Tahun Ini Sherina Jadi Duta
Kampanye dengan sasaran generasi muda tentang bahaya HIV/AIDS ini konsisten digelar MTV sejak tahun 2004.
Selasa, 30 November 2010
Jogja Hip Hop Foundation Merilis Film Dokumenter Berjudul Hip Hop Diningrat
Hip Hop Diningrat berisi sejarah dan eksistensi musik Hip Hop Jawa yang dibuat langsung oleh pelakunya.
James LoMenzo: Megadeth adalah Bisnis yang Serius
James Lomenzo, mantan pemain bas White Lion yang awal tahun ini juga berstatus mantan pemain bas Megadeth, pada Jumat (26/11) malam memasuki sebuah ruangan di mana kami telah menunggunya.
Sebuah bas Yamaha BB Custom abu-abu tua mengilap dan tampak sangat terawat yang ia bawa diletakkannya pada salah satu sisi ruangan. Kemudian ia terlihat bertanya pada seseorang yang mengantarnya. Orang yang ditanya menjawab dalam volume yang rendah. “O, Rolling Stone magazine! I love Rolling Stone magazine,” seru Lomenzo dan sejurus kemudian menghampiri kami.Dengan tangkas dan jauh dari kesan canggung kini Lomenzo sudah meneliti kamera di tangan fotografer saya. “Kamera apa ini? Sepertinya ini bagus,” gumam pemain bas yang berkontribusi pada album studio United Abominations (2007) dan Endgame (2010) serta tampil pada DVD Blood in the Water: Live in San Diego (2010) Megadeth itu—tentu saja dalam bahasa Inggris.
Tidak tampak kelelahan di raut wajah Lomenzo meski kenyataannya ia sedang berada di tengah tur lima negara dalam rangka Yamaha Bass Clinic 2010. Indonesia adalah negara terakhir yang ia kunjungi. Dan Jakarta adalah kota kedua yang ia sambangi setelah sehari sebelumnya sempat memberikan klinik di Surabaya. Bandung menjadi kota terakhir di Indonesia yang ia singgahi sebelum kembali pulang ke negara asalnya.
Anda menyukai tur seperti ini?
This is fine, man. Pada dasarnya saya suka untuk melihat dunia. Dan kalau diingat-ingat lagi ke era 80an, saat saya masih bersama White Lion, saya tidak terlalu menyukai hal seperti ini. Karena saat itu kami sangat sibuk dengan kesuksesan yang cepat datang, sehingga kami tidak sempat melihat apapun. Saat kami di Paris, saya sangat ingin melihat Menara Eiffel tapi tidak mempunyai waktu. Wawancara, konser, wawancara lagi, kembali ke hotel dan besoknya sudah harus pergi. Tapi saat itu mereka melakukan satu kesalahan dengan memberikan banyak sekali sampanye ke kamar kami. Jadi malam itu kami meminum cukup banyak sampanye. Dan kami pun akhirnya pergi ke Menara Eiffel dengan mobil sewaan sambil menyanyikan "Aloutte."
Seperti apa tepatnya perasaan Anda pernah berada di dalam sebuah band rock besar?
Biasa saja. Serius. Karena saat saya berumur 19 atau 20 tahun, saya main musik bersama seorang pemain drum bernama Bobby Rondinelli, yang pernah bermain di band-nya Ritchie Blackmore, Rainbow. Dan kemudian dia (Bobby) mengajak saya tampil di Ritchie Blackmore's Night pada akhir pekan dalam formasi band trio. Saya bernyanyi sembari main bas. Saya terlempar ke situasi itu, unjuk gigi dengan memainkan lagu-lagu Deep Purple, Jimi Hendrix… Itu adalah terakhir kalinya saya merasa takut. Karena setelah saya selesai, Ritchie Blackmore berbicara di dekat telinga saya: "Kamu hebat, kamu cukup bagus." Itu memberikan saya rasa percaya diri yang banyak. Jadi kalau Anda sudah memulai dari sana, Anda akan merasa sama saja seperti yang lainnya. Dan saat saya bergabung dengan White Lion itu bukan karena mereka terkenal. Malahan saat itu mereka masih berjuang dan menjadi band klab.
Tidak ada perasaan bangga saat bergabung?
Saya bangga pernah menjadi bagian di semua band yang saya masuki. Ketika White Lion tidak populer lagi, karena era 80an terlalu dekat ke era 90an, yang saya katakan kepada semua personil adalah, “Jangan membicarakan White Lion terus-terusan. Because we’re heavy band!” Dan ketika kami mulai merasa bahwa itu agak aneh, saya mengerti dengan persepsi yang ada di kepala saya, “kami telah menjual tiga juta kopi album. Tidak ada sesuatu yang semestinya dianggap memalukan.” Saya bangga dengan White Lion.
Apakah Anda sudah bertemu Mike Tramp di sini?
Dia seharusnya datang hari ini. Saya sudah berbicara dengannya tiga minggu yang lalu. Dia bilang, istrinya punya urusan yang harus dikerjakan. Saya sendiri adalah orang yang hidup untuk mendukung istri. Jadi saya memaklumi kalau dia tidak bisa datang hari ini.
Rencana reuni dengan Mike dan White Lion?
Tidak ada masalah dengan reuni. Saya sekarang punya waktu dan ini sepertinya waktu yang bagus… [bergumam] Dia tidak akan melakukannya.
Kenapa?
Itu adalah pertanyaan terbesar. [menyeringai] I think he the ones who maintain his own legend, keep his legend, make his legend. Not come back. Just go away. Saya tahu dulu Mike bertahun-tahun mencoba mengajak Vitto kembali bergabung, dan dia juga mengajak saya, tapi saat itu saya sedang sibuk dengan Black Label Society. Saya tentu saja akan senang jika bergabung lagi dengan White Lion dan Michael. Mungkin kami bisa melakukannya dengan mencari gitaris baru, memainkan beberapa lagu dan melihat apa yang terbaik yang bisa kami lakukan.
Anda sekarang bergabung dengan band apa?
Saya main dengan Geoge Lynch sejak keluar dari Megadeth. Dia adalah seorang pemain gitar yang hebat.
Lynch Mob?
Iya, Lynch Mob. Terdengar buruk memang. Di Amerika itu memiliki arti yang sangat buruk. Nama itu dari penggantungan orang-orang kulit hitam di Selatan. Tapi sebenarnya Lynch adalah dari nama George Lynch. Hanya permainan kata-kata. Kami tidak rasis atau sejenisnya. Tapi itu sesuatu yang membuat saya tertawa, Lynch Mob.
Lynch Mob bukan band mainstream, bagaimana cara Anda mengatasi perubahan yang terjadi dalam hidup Anda?
Megadeth adalah bisnis yang serius. Saya pikir bahkan para penggemarnya pun mengerti hal itu. Begitu juga Metallica. Semuanya adalah mengenai bekerja, persiapan dan merengkuh penggemar sebanyak mungkin. It’s a full-time job. Wajib bangun di pagi hari, Anda hidup dengan cara seperti itu. Dan itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan oleh band seperti mereka. Karena fanbase mereka sungguh setia. Menjaga fanbase adalah menjaga bisnis tetap berjalan. Saat saya ada di Megadeth, begitu banyak pekerjaan untuk saya. Saya bukan orang pemalas, tapi pada saat yang sama saya juga suka bersenang-senang. Megadeth sangat berbeda dengan Black Label Society. Ketika Black Label Society latihan, akan ada istirahat untuk pesta barbeque, latihannya malah tidak terlalu banyak. Sedangkan di Megadeth latihan adalah latihan.
Apa yang sebenarnya terjadi saat Anda keluar dari Megadeth?
Saya menemukan fakta bahwa mereka mencoba menarik Ellefson kembali. Tapi mereka tidak pernah memberitahu saya sebelumnya. Itu sebuah kejutan tapi bukan goncangan. Itu menjadi kejutan karena memang sudah waktunya bagi dua Dave itu berbicara dan membuat sebuah kesepakatan, tapi saya tidak menyangka akan terjadi secepat itu juga. Jadi mereka memberikan saya asuransi. Kebijakan asuransi [tertawa]. Saya akan lebih suka jika mereka telah mengatakan bahwa itu adalah rencananya sejak awal, sehingga saya bisa merencanakan masa depan saya. Saya menerima telepon sejam sebelum hal itu diumumkan tanpa saya tahu apa-apa. It was really pretty shifty. Ini bisnis musik, bukan bisnis persahabatan. Saya mengerti itu. Beginilah memang hidup kadang-kadang. Saya sungguh-sungguh berpikir bahwa itu gagasan yang hebat, karena Megadeth dalam perayaaan Rust In Peace. Jadi dengan menarik David Ellefson kembali dan tur Big 4 itu akan menjadi sangat menarik. Bahkan untuk saya seorang penggemar Megadeth.
Ketika itu terjadi, saya keberatan tapi tidak apa-apa. Jadi, sekaligus untuk menjawab pertanyaan Anda sebelumnya, saya menjadi personil Lynch Mob adalah hal yang sangat mudah. Itu adalah sebuah band jam dengan lagu-lagu yang hebat, pemain gitar yang hebat, pemain drum Brian Tichy adalah teman lama saya. Jadi band itu secara keseluruhan hebat. Itu adalah hal yang menyenangkan.
Anda kehilangan pekerjaan. Sedih atau marah?
Tidak sama sekali. Karena saya sudah pernah seperti ini. Bukan dalam arti saya pernah dipecat sebelumnya, tapi saya tidak pernah bertahan lebih dari empat atau lima tahun di semua band yang saya masuki. Dan kemudian band berhenti berbisnis (maksud Lomenzo adalah White Lion—red). Dalam kasus kali ini bandnya bukan berhenti berbisnis, melainkan ingin beranjak ke tahap bisnis yang lain. Seperti yang saya bilang, saya mengerti alasannya. Dan ketika saya bergabung di Megadeth adalah karena mereka membutuhkan pemain bas. Mereka belum menemukan seseorang seperti David Ellefson yang bisa menjaga kelangsungan Megadeth. Jadi karena itulah saya ada di sana saat itu. Kini mereka telah memiliki David Ellefson kembali, dia adalah orang yang tepat untuk pekerjaan itu sebagai pemain bas asli. Saya benar-benar merasa baik-baik saja tentang itu. Saya tidak bisa marah, karena seperti yang saya bilang ini adalah bisnis musik bukan bisnis pertemanan.
Kelihatannya Anda menikmati menjadi session-musician...
Itu sesuatu yang terjadi begitu saja. Saya tidak pernah merencanakannya. Sewaktu muda saya pernah mengatakan ingin menjadi lead-singer dan leader. Tapi sepertinya arus membawa saya ke arah yang berbeda. Dan saya tidak melawannya. Sebenarnya sekarang saya punya band lain yang sedang saya kerjakan juga. Itu adalah band trio. Dan saya belum bisa mengatakan kepada Anda sekarang siapa saja personilnya, tapi saya akan menjadi penyanyi di band itu. Jadi ini adalah proyek selanjutnya.
Anda memiliki suara yang bagus, semua orang mengatakan itu.
I do have pretty good voice, thank you. [tertawa]
Senin, 02 Agustus 2010
Bersatu Mereka Teguh
Sekitar 1000 orang Kamtis berseru di Plaza Utara Senayan. Di sebuah acara pameran clothing yang juga menampilkan band-band independen terbaik seperti Koil dan juga Killed By Butterfly. Bila Anda belum familier, Kamtis adalah panggilan bagi mereka yang mengaku sebagai penggemar fanatik Endank Soekamti, band pop punk asal Yogyakarta. Mereka menyerukan “Mars Kamtis”, sebuah intro antemik yang merupakan koor massal tanpa kehadiran instrumen musik dan sekilas terdengar seperti yel-yel penggemar sepak bola. Bukan hanya dari sisi nyanyian, dari sisi hasrat, para Kamtis ini pun memamerkan kekuatan yang sama seperti para penggemar sepak bola, yakni kehadiran massal pada setiap pertunjukan, kebanggaan akan asosiasi dengan band tersebut, dan juga ekspresif dalam menunjukkan kecintaan mereka. Bila melihat jumlah massa dan fanatisme mereka lengkap dengan bendera yang berkibar, rasanya Kamtis mulai menuju posisi yang terlebih dulu dicapai oleh Slankers dalam soal fanatisme dan ekspresi ketika menonton idola mereka. Secara predikat, para Kamtis pun kini mulai bergeser. Dari penggemar, kini resmi menjadi umat. Menjadi fenomenal, karena gelombang ini mengharu biru di tengah absennya dukungan media televisi mainstream untuk band ini, saat televisi kerap jadi andal-an bagi banyak grup musik masa kini dalam urusan menjaring penggemar. Menariknya, jarang muncul di televisi ini membuat me-reka menjadi salah satu band cult bermassa terbesar di Indonesia. Di satu sisi, terdapat ribuan orang yang fanatik terhadap mereka layaknya umat, namun lebih banyak lagi yang belum familier terhadap fenomena ini, khususnya masyarakat pengkonsumsi berat acara televisi arus utama.
Ada apa dengan Endank Soekamti? Apa yang membuat trio pop punk yang beranggotakan vokalis/pemain bas Erik Kristianto, vokalis/gitaris Dory Windiyanto dan pemain drum Arie Dwi Hamzah ini begitu fenomenal, dalam artian digemari dan dicintai oleh massanya hingga mereka rela berbondong-bondong untuk menyaksikan band kesayangan mereka walau itu berarti melaksanakan pengorbanan seperti melakukan perjalanan lintaspropinsi, bahkan di beberapa kasus, lintaspulau?
Satu teori adalah kedekatan band ini terhadap citra akar rumput, nama Endank Soekamti cukup merakyat, humoris dan mencuri perhatian dengan mudah. Musik yang ringan dan mudah dinyanyikan bersama adalah alasan suksesnya Endank Soekamti menjaring massa, ditambah dengan kepribadian personel yang hangat dan apa adanya juga berhasil membuat para Kamtis merasa memilihi idola yang tepat.
Contohnya ada pada Andre Aulia Akbar atau akrab dipanggil Boii. Ia berumur 23 tahun, lulusan D3 di Interstudi, yang mengaku telah menjadi penggemar Endank Soekamti sejak tahun 2005. Ia mengaku gemar Endank Soekamti karena dengan mendengar musik Soekamti ia merasa bebas dan bisa maksimal bersenang-senang. Kini ia seminggu sekali menyambangi perkumpulan Kamtis di daerah Cawang yang beranggotakan sekitar 50-60 orang. “Kamtis itu kompak dan kebersamaannya tinggi. Kamtis dari Jawa kalau datang sering kumpul dengan kami. Kemudian hasil dari sering kumpul, kami patungan uang seadanya untuk bisa undang Endank Soekamti untuk main di Kamtis Party,” tukasnya penuh semangat. Pria ini juga bercerita betapa peduli idolanya terhadap para penggemarnya. “Setiap datang ke basecamp-nya, kami pasti dijamu. Diberi makan. Dulu malah pernah ada kaki penggemar yang terjepit kereta gara-gara mau datang ke Yogya untuk gathering, akhirnya dia diurus, diobati sampai sembuh,” tegas Boii. Tapi momen paling mengharukan bagi Boii adalah ketika pada suatu saat ia diajak oleh Endank Soekamti untuk naik bis dan ikut tur ke Surabaya dan Bali. “Perasaannya campur aduk, antara haru, senang dan bangga.” Boii mengakui bahwa dalam pertunjukan Endank Soekamti, Kamtis baru banyak yang masuk ke venue bila mereka tak perlu membayar lebih dari Rp 10.000. “Maklumlah, biasanya banyak juga Kamtis yang street kids, asalnya dari jalan. Tapi kami senang, manajemen Soekamti sering juga membantu kami sebisa mungkin. Ada semacam timbal balik dari manajemen mereka terhadap loyalitas kami,” tutur Boii yang sempat memenangkan sayembara menulis lirik yang diadakan Endank Soekamti. Hasilnya adalah lagu “Berkibar Tinggi” yang sering dibawakan Endank Soekamti ketika manggung.
Walau menurut Boii puncak jumlah Kamtis terdapat pada era tahun 2005-2007 ketika pensi sekolah menengah umum sedang menjamur di ibu kota, hampir bisa dipastikan band ini akan segera mencapai kembali ge-lombang massa baru yang luar biasa karena mereka baru saja merilis effort mereka yang terbaru, yakni Soekamti.com, album penuh yang dirilis oleh Nagaswara. Menjadi me-narik karena label ini biasa merilis album band pop seperti Kerispatih atau bahkan pop melayu seperti Wali. Rahayu Kertawiguna, Managing Director Nagaswara mengaku, “Kami ambil Endank Soekamti karena band ini unik, dan punya massa yang sangat fanatik. Bahkan sebagai bentuk apresiasi kami terhadap band ini dan massanya, tak ada satupun lagu Endank Soekamti yang kami tidak masukkan ke album. Bahkan sampai lagu yang keras sekalipun,” ucapnya. Saat ini Rahayu sedang mencari formula yang tepat bagaimana memparalelkan antara kekuatan mereka di panggung dengan performa penjualan RBT yang tinggi. Mendengar hal ini, sepertinya cuaca terlihat cerah bagi Endank Soekamti.
Sore itu Erick, Dory dan Arie berkunjung ke markas Rolling Stone untuk berbincang-bincang. Berikut perbincangan kami:
Apa alasan membuat situs www.soekamti.com?
Erick: Pertama, ini adalah alat komunikasi kami dengan Kamtis, karena kami bukan band nasional seperti d’Masiv, Wali yang bisa main di Lombok, atau di pedalaman mana. Sedangkan kalau melihat surat yang kami terima di Facebook, sering membuat tersentuh. “Mas, tolong dong Endank Soekamti main di kota kami.” Nah, situs ini kami buat untuk menyebar informasi, me-laporkan kegiatan band. Setiap tahun pasti kami bikin gathering Kamtis, dan seluruh kegiatan pasti kami taruh di situs ini. Dan masih juga belum puas, dari sekedar tulisan. Kami juga bikin radio yakni Soekamti FM di situs tersebut supaya para Kamtis bisa de-ngar suara kami. Di radio ini kami juga memfasilitasi band-band lain yang siaran di situ. Jadi membantu orang lain juga. Ada bayarannya siaran, nggak? Ya kami barter saja sama band-band itu. Mereka setuju untuk siaran selama setahun dan mereka kami berikan rekaman gratis di studio kami. Kan ekosistemnya jadi bagus kalau begini.
Kalau menurut kalian, mengapa Endank Soekamti bisa memiliki fanbase sebanyak itu dan sefanatik itu?
Erick: Karena kami kelihatannya tidak dilihat seperti idola di mata mereka. Kami diajak ketemuan gampang, diajak foto gampang. Rasanya seperti bukan ketemu sama idola.
Dory: Bukan seperti tipe orang yang ada di menara gadingnya sendiri. Lebih down to earth saja.
Erick: Misalnya kamu mau ketemu Soekamti, silakan datang saja ke basecamp, pasti ketemu kok. Kan aku dapat jatah siaran terus. Dan kami juga mau menemui. Kami juga tidak terganggu. Kalau misalnya terganggu ya pergi saja, kan beres.
Dory: Kadang gue saja kalau nemuin me-reka hanya pakai celana boxer. Jadi santai saja.
Erick: Dan kami ingat sama mereka. Walaupun kadang lupa namanya, tapi kami tahu persis si A ini anak Kamtis mana.
Apa yang kalian pikirkan dan rasakan ketika pertama kali menyadari bahwa Endank Soekamti memiliki basis massa kuat dan sedemikian fanatik?
Erick: Sebenarnya agak bingung juga menjawabnya.
Dory: Karena kami sendiri suka bingung juga, sebenarnya yang ada di pikiran mereka tuh apa sih? Mungkin bisa dibilang kami jadi merasa punya teman lebih banyak saja sih.
Erick: Itu juga nggak bisa pinjam duit mereka ya?
Dory: Iya, harusnya kalau teman kan bisa pinjam duit ya. Eh, tapi kadang-kadang minta rokok sih. [tertawa]
Seperti apa kerepotannya punya penggemar banyak dan fanatik seperti itu?
Erick: Ya...adalah saat repotnya. Seperti kami pernah di-blacklist di Jakarta dulu oleh salah satu sponsor terbesar sementara dulu kami pernah jadi langganan mereka kalau ada acara. Memang waktu itu rusuh banget. Ini di sebuah pensi SMU negeri di Jakarta yang legendaris karena rusuhnya itu di Senayan. Dan memang ketika itu massa paling banyak yang ada di acara itu Kamtis. Cuma kan sebenarnya masih belum bisa di-ketahui apakah itu Kamtis atau oknum yang rusuh. Di acara ini, kami seperti dikambinghitamkan karena musiknya kencang sendiri. Padahal usut punya usut kerja panitia juga nggak benar, dan banyak masalah dengan tempat, seperti masalah parkir dan provokatif juga ke massanya. Karena Kamtis Jakarta sudah nggak betah harus bolak-balik ke Jawa untuk nonton kami, akhirnya diadakanlah Kamtis Gathering yang pertama di Jakarta. Mereka patungan, sewa alat, sewa gedung di Fatmawati. Dari situ kami terpikir membuat gathering-gathering selanjutnya.
Apa saja acara Gathering Kamtis waktu di Yogya?
Erick: “Tribute to Pramuka”. Pertama datang upacara dulu [tersenyum], kemudian bikin tenda. Begitu agak malam, semuanya bikin kejutan untuk Kamtis Jakarta yang baru datang. Mereka semua dikejutkan. Sesudah terkumpul semua: Renungan Malam. Kemudian Jurit Malam, disambung Mencari Jejak. Terakhir ya Api Unggun.
Berapa persen waktu kalian yang diluangkan untuk penggemar?
Erick: Terserah dia mau datang saja. Kecuali di Jakarta sini. Di basecamp sudah ada aturannya, kami bikin tulisan dan ditempel. “Jam Berkunjung: 15.00 – 22.00”. Karena kegiatan promo itu kan harus bangun pagi. Nggak mungkin aku menemani sampai pagi seperti di Yogya.
Dengan bebasnya para Kamtis mengunjungi basecamp, pernah merasa terbebani bahwa kalian harus selalu menjadi sosok yang tidak boleh mengecewakan bagi mereka?
Erick: Seperti yang dikatakan oleh Dory, ya bagusnya cuek-cuek saja. Karena kalau tidak begitu akhirnya akan jadi terbebani, harus dandan dulu atau bagaimanalah. Mereka juga mengerti kok.
Dory: Kadang kalau kami capek ya kami tidur saja. Kadang mereka main sama kru. Kalau memang capek ya bilang saja capek. Jujur saja. Mereka biasanya pasti mengerti kok.
Erick: Gampang diatur kok biasanya mereka. Malah kami ada beban kalau manggung. Bebannya sama EO, “Aduh, jangan sampai berantem”, [tertawa] supaya bisa diundang lagi, titik.
Ada kejadian paling tidak bisa dilupakan soal penggemar?
Dory: Aku sih herannya kalau Kamtis Jakarta ke Yogya, pasti pada tidur di basecamp. Itu tidurnya seperti ikan sarden. Bertumpuk sampai ke halaman segala.
Erick: Dan ini sudah kedua kalinya kami pindah kontrakan karena diusir. Mereka tidur sampai di teras tetangga karena rumah kami sudah terlalu penuh. Ya kaget dong pagi-pagi lihat orang sebanyak itu. Akhirnya kami sudah pindah. Basecamp kami sekarang sudah di tengah sawah banget. Sudah nggak mungkin ganggu orang lagi.
Apa ukuran kesuksesan bagi kalian?
Erick: Mungkin kalau dari karier ya masih nominal pendapatan ya. Kalau dulu main musik kan nggak ada tuntutan. Begitu masuk rumah tangga jadi berasa, kan? Oh, ternyata begini.
Arie: Efek Rumah Tangga [tertawa].
Dory: Kalau aku beda sih. Bagiku, sukses itu adalah ketika misalnya aku mati nanti, banyak yang melayat. Itu baru sukses.
Erick: Nanti yang melayat banyak yang sok eksis juga ya? “Wah, saya dulu sama beliau ini dekat sekali”. [tertawa]
Seberapa harmonis hubungan kalian bertiga sebagai teman band?
Arie: Ya, layaknya seperti saudara. Kadang ada mesranya, kadang ada berantemnya.
Erick: Ya normal saja sih. Gue sama Ary pernah sampai diam-diaman beberapa bulan, ya yang wajar saja. Tapi nggak pernah sampai pukul-pukulan.
Dory: Tapi jangan-jangan Ary pukul drum itu pelampiasan ya. [tertawa].
Banyak dapat groupies di Endank Soekamti?
Erick: Nah, itu sangat dibutuhkan sekali [tertawa keras]. Pendaftaran sangat dibuka.
Dory: Ini yang lagi ingin kami upgrade.
Arie: Tapi rata-rata kalau penggemar cewek gayanya sama kayak cowok ya?
Erick: Iya, males banget kan?
Slash Menggoncang Surabaya Rock City
Slash, gitaris legendaris dunia, hanya bisa melongo, tatapannya begitu bingung dan tidak tahu harus menjawab apa. Itu semua akibat seorang wartawan media lokal yang bertanya,”Mister Slash, apakah anda tahu tentang alat musik tradisional Indonesia seperti angklung dan gamelan? Apakah Anda punya rencana untuk mengkolaborasikan permainan Anda nanti malam dengan alat musik tradisional Indonesia?”
Setelah dijelaskan dengan lebih rinci bahwa angklung adalah alat musik dari bamboo dan gamelan adalah alat musik pukul pentatonis, dengan pasrah Slash hanya menjawab,”Saya tidak tahu apa-apa tentang alat musik tradisional itu.”
Pertanyaan lain diajukan oleh seorang wartawan kepada Mahaka Entertainment, penyelenggara konser Slash di Indonesia. “Kenapa tidak diselenggarakan di Stadion Tambaksari?” ini pertanyaan yang sangat menarik. Sebab jika memang jadi diadakan di Stadion Tambaksari dengan harga tiket jauh lebih murah, konser ini sangat berpotensi untuk mengalahkan pamor konser Sepultura yang rusuh total di tempat yang sama pada tahun 1992.
Hasani Abdulgani, presiden direktur Mahaka Entertainment, menanggapinya dengan alasan bahwa potensi chaos di Tambaksari jauh lebih besar daripada penyelenggaraan di Jatim Expo. Apalagi di saat yang sama, stadion ini menggelar konser dangdut akbar yang mendatangkan Trio Macan.
Wartawan lain, mengajukan pertanyaan kepada Slash,”Bagaimana perasaan Anda, konser di Surabaya nanti malam?” Dengan gerakan yang sangat minimalis, mantan gitaris Guns N' Roses ini menjawab,”It’s gonna be great concert!”
Slash benar, tanpa mulut besar ia membuktikan kualitas seorang legenda di hadapan publik Surabaya pada Sabtu (31/7) malam lalu.
Sejak sore hari antrian penonton mengular untuk menukarkan kupon dengan tiket asli yang dikeluarkan Mahaka di detik terakhir menjelang konser. “Untuk menghindari pembajakan tiket,” kata seorang humas Mahaka. Di luar gedung pertemuan berdaya tampung sepuluh ribu orang ini dipajang berbagai booth yang menampilkan gambar Slash dalam ukuran besar. Membuat para penggemar Slash puas berfoto.
Konser ini dibuka oleh All Indonesian Rock Stars yeng terdiri dari Candil (eks-vokalis Seurieus); John Paul Ivan (eks-gitaris Boomerang); Yuke (basssist Dewa19); Yoyo (Padi), Andy (/rif), dan Baron (Baron Soulmate).
Histeria massa muncul menandai datangnya Slash. Living legend dengan style unik tersebut masih setia hadir dengan rambut gondrong menutup muka lengkap dengan topi tinggi. Mengenakan kaos tanpa lengan dengan sablon bergambar wajah Sid Vicious, Slash datang dengan spotlight yang setia mengikuti kemana pun Slash berjalan.
Tanpa basa-basi Myles Kennedy, vokalis Alter Bridge yang menemani Slash dalam konser Indonesia, menggebrak dengan nomor "Ghost" dari album selftitled Slash. Permainan gitar tempo cepat ala Slash muncul ditingkahi suara flamboyan milik Myles. Ini adalah lagu pembuka yang sangat tepat.
Sayangnya publik Surabaya tidak cepat panas. Histeria yang muncul di awal tenyata tidak berlanjut pada gerakan-gerakan liar para penonton seiring dengan permainan Slash yang memicu adrenalin. Sebagai gantinya, mulai muncul banyak kunang-kunang yang menganggu pandangan.
Ini bukan tentang serangga kecil yang menyala di malam hari tersebut, melainkan ribuan layar ponsel berbagai jenis dengan kamera megapiksel yang berkelap-kelip menyala di kegelapan. Hampir semua penonton mengangkat ponsel lengkap dengan mode perekam instan. Tampak tidak ingin melewatkan momen konser legenda dunia yang bisa jadi tidak mungkin terulang kedua kali di Surabaya.
Namun ribuan "kunang-kunang" itu hilang perlahan berganti dengan tarian liar yang mengiringi nomor-nomor lawas dari Guns N Roses, Slash's Snakepit serta Velvet Revolver. Nomor-nomor seperti "Rocket Queen", "Sucker Train Blues", "Slither", dan "Night Train". Semuanya menampilkan permainan apik dari Slash.
Masa berubah seperti piranha yang diberi umpan segar ketika intro gitar nan klasik "Sweet Child O’Mine" muncul perlahan. Permainan Slash yang mudah ditebak membuat penonton kegirangan dan kemudian terjadilah koor massa. Myles harus mengakui suaranya tertelan ribuan mulut menganga publik Surabaya pada lagu ini.
Lagu-lagu baru dari album selftitled juga dimainkan, seperti single "Nothing To Say", "Back From Cali", "By The Sword", dan "Watch This". Pada lagu "Starlight", permainan gitar Slash mengalun sendu di awal. Mengajak para penonton untuk bernafas. Selama konser ini Slash memang hadir sadis. Tidak banyak kata yang keluar dari mulutnya. Antara lagu satu dengan lagu berikutnya hampir tidak berjarak. Menonton konser inihampir sama seperti mendengarkan iPod yang terisi playlist Slash.
Seluruh permainan dihadirkan dengan dingin tanpa basa basi. Semua dikemas dengan permainan yang cantik namun berbahaya.
Virtuositas Slash muncul saat bermain solo dalam sebuah komposisi tanpa nama. Permainan melodi yang melengking dan raungan gitar khas Slash muncul. Komposisi sepanjang hampir enam menit ini disambung dengan theme song film Godfather yang skillful. Tidak ada kata tua buat permainan gitar seorang Slash.
Wahyu, seorang penonton yang jauh datang dari Jogja tidak dapat melepaskan mata dari aksi-aksi maut yang dibawakan Slash. Ponsel berkamera miliknya tidak berhenti merekam tingkah polah Slash yang menghibur hampir selama dua jam tersebut. “Kapan lagi nonton Slash di Indonesia!” ujarnya setengah berteriak pada jeda antar lagu.
Menurut salah satu sumber, banyak penontong dari luar kota yang berbondong-bondong datang ke Surabaya, diantaranya Bali, Jogja, Malang, dan beberapa kota lainnya. Sama seperti Wahyu, mereka datang menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer untuk menonton legenda hidup bernama Slash. Presiden direktur Mahaka Entertainment, Hasani Abdulgani dalam press conference beberapa jam sebelum konser mengatakan,”Setelah Jimi Hendrix, kita punya Slash,” bisa jadi ia benar.
Seusai konser pada dini hari Minggu (2/8) melalui komputer miliknya di hotel Shangrilla, Slash memuji penonton Surabaya via akun Twitter miliknya (@Slash). "Surabaya is an amazing R & R destination. I cant believe I never came here before. Fuck, they lost their minds!"Minggu, 01 Agustus 2010
Ariel, Video & Hukum Pidana
Dengan pemberitaan yang begitu gencar oleh media massa, tidak ada orang yang tidak tahu soal video porno yang diduga melibatkan Nazriel Irham, vokalis grup musik Peterpan yang lebih dikenal dengan nama Ariel. Penyidik di Mabes Polri pun melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap Ariel dan pihak-pihak lainnya yang diduga terlibat dalam pembuatan dan penyebaran video porno tersebut, hingga akhirnya setelah memperoleh bukti yang cukup, pada tanggal 22 Juni 2010 lalu Mabes Polri menetapkan Ariel sebagai tersangka dan kemudian melakukan penahanan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Awalnya, dalam beberapa pemberitaan di media massa terdapat kesimpangsiuran mengenai tindak pidana apa yang disangkakan kepada Ariel. Namun, belakangan Mabes Polri menyampaikan bahwa setidak-nya Ariel dituduh melanggar pasal 4 ayat 1 jo. pasal 29 UU Pornografi, pasal 27 ayat 1 jo. pasal 45 UU ITE dan pasal 282 KUHP.
Untuk mengetahui apa sebenarnya yang dituduhkan kepada Ariel, ada baiknya kita membahas satu persatu ketentuan-ketentuan dalam UU Pornografi, UU ITE dan KUHP yang dituduhkan kepada Ariel. Setidaknya dari sana nanti dapat diketahui bagaimana posisi hukum Ariel dalam kasus yang menimpanya tersebut.
UU PORNOGRAFI
Saat UU Pornografi masih dalam pembahasan dan bernama Rancangan Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi (RUU APP), beberapa elemen masyarakat di berbagai daerah menentangnya. Penolakan terbuka datang juga dari beberapa pimpinan daerah seperti Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Ketua DPRD Bali Ida Bagus Wesnawa, Ketua DPRD Papua Barat Jimmya Demianus Ijie, dan Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya.
Pembahasan RUU APP itu sebenarnya dimulai sejak tahun 1997. Namun dengan adanya penolakan dari berbagai elemen masyarakat itu, pembahasan RUU APP pun mengalami tarik ulur. Pangkal persoalan dari penolakan terhadap RUU APP itu karena RUU APP dianggap hendak mengatur moral dan akhlak manusia Indonesia secara pukul rata, mengaburkan batas antara ruang publik dan ruang privat, serta beberapa istilah dalam RUU Pornografi tersebut bersifat kabur (tidak pasti) sehingga berpotensi multitafsir.
Setelah mengalami beberapa kali perubah-an dengan memperhatikan tuntutan masyarakat, akhirnya RUU APP disahkan pada Rapat Paripurna DPR pada tanggal 30 Oktober 2008 dan diundangkan pada tanggal 26 November 2008 sebagai UU Pornografi. Menurut UU Pornografi, yang dimaksud dengan pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.
Unsur ”dapat membangkitkan hasrat seksual” dan ”melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat” dalam pengertian pornografi tersebut pada dasarnya juga dapat menimbulkan ketidakpastian. Respon seseorang ketika melihat suatu obyek tentu tidak selalu sama dengan orang lain. Sesuatu hal mungkin dapat membangkitkan hasrat seksual seseorang, namun belum tentu hal tersebut dialami juga oleh orang lain.
Begitu pula dengan nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat, dengan fakta bahwa masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa dan agama tentu memiliki sistem nilai dan norma yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Seseorang yang menggunakan koteka di pedalaman Papua mungkin tidak akan dianggap melanggar nilai-nilai kesusilaan di sana. Hal ini tentu saja berbeda jika orang berkoteka itu berjalan-jalan di kota Padang misalnya.
Apabila kita melihat ketentuan Pasal 4 ayat 1 UU Pornografi yang dituduhkan kepada Ariel, maka dapat diketahui bahwa setiap orang dilarang untuk memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang memuat: a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang; b. kekerasan seksual; c. masturbasi atau onani; d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan; atau e. alat kelamin. Pelanggaran atas ketentuan pasal tersebut dapat diancam dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 12 tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 250 juta dan paling banyak Rp 6 miliar, sebagaimana diatur dalam pasal 29 UU Pornografi.
Dalam penjelasan pasal 4 ayat 1 tersebut diterangkan bahwa yang dimaksud dengan ”membuat” adalah tidak termasuk untuk dirinya sendiri dan kepentingan sendiri. De-ngan demikian, membuat materi yang me-ngandung pornografi untuk disimpan sen-diri seharusnya tidak dapat dianggap melanggar pasal 4 ayat 1 tersebut.
UU ITE
Penyusunan awal materi UU ITE pada dasarnya tidak terlepas dari dua naskah akademis yang disusun oleh dua institusi pendidikan yakni Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Indonesia (UI). Tim Unpad ditunjuk oleh Departemen Komunikasi dan Informasi RI, sedangkan Tim UI ditunjuk oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Pada penyusunannya, Tim Unpad bekerjasama dengan para pakar di Institut Teknologi Bandung yang kemudian menamai naskah akademisnya dengan RUU Pemanfaatan Teknologi Informasi (RUU PTI). Sedangkan Tim UI menamai naskah akademisnya dengan RUU Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik (RUU IETE). Kedua naskah akademis tersebut pada akhirnya digabung dan disesuaikan kembali oleh tim yang dipimpin Prof. Ahmad M Ramli SH (atas nama pemerintah), sehingga namanya menjadi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana disahkan oleh DPR pada tanggal 25 Maret 2008 dan diundangkan pada tanggal 21 April 2008.
Selain mengatur seputar keabsahan informasi elektronik/dokumen elektronik dan transaksi elektronik, UU ITE juga meng-atur mengenai beberapa tindak pidana yang telah diatur dalam KUHP yang disebarluaskan dalam bentuk informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik, yaitu antara lain penghinaan atau pencemaran nama baik; penyebaran tulisan atau gambar yang melanggar kesusilaan; perjudian; dan pemerasan atau pengancaman. Masalahnya, tidak ada penjelasan lebih lanjut dalam UU ITE me-ngenai pengertian penghinaan, pencemaran nama baik dan kesusilaan tersebut. Padahal, KUHP sendiri tidak memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. Akibat ketidakjelas-an pengertian tersebut, hal ini sering menimbulkan masalah dalam penerapan pasal-pasal KUHP tersebut.
Pasal 27 ayat 1 UU ITE yang dituduhkan kepada Ariel pada pokoknya melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar ke-susilaan. Bagi pelanggarnya dapat diancam pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar, sebagaimana dimaksud pasal 45 ayat 1 UU ITE.
KUHP
Sebelum masa kemerdekaan, hukum pidana di Indonesia diatur dalam Wetboek van Strafrecht voor Nederlansch Indie (WvSNI) yang mulai diberlakukan di wilayah Hindia Belanda sejak 1 Januari 1918. Setelah Indonesia merdeka, melalui UU No. 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Indonesia dan UU No. 73 Tahun 1958, WvSNI diganti judulnya menjadi Wetboek van Strafrecht, atau disebut juga Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang setelah dilakukan perubahan dan penambah-an dapat diberlakukan untuk seluruh Indonesia. KUHP yang digunakan sekarang ini adalah terjemahan dari Wetboek van Strafrecht tersebut.
Sebagai produk hukum masa Hindia Belanda, KUHP tentu tidak bisa mengatur de-ngan terperinci semua hal yang baru ada di kemudian hari. Hal ini dapat dilihat pada pa-sal 282 KUHP yang dituduhkan kepada Ariel. Pada pokoknya, pasal tersebut meng-atur larangan untuk menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan, gambar atau benda di muka umum, yang isinya melanggar kesusilaan. Pelanggar pasal tersebut dapat diancam pidana penjara paling lama 1 tahun 6 bulan.
Pasal tersebut tidak menyebut ”video” sebagai obyek yang disebarluaskan. Namun, sepertinya penyidik berpendirian bahwa ”gambar” seharusnya bisa diinterpretasikan juga sebagai ”gambar bergerak”, sehingga ”video” dapat masuk dalam lingkup pasal 282 KUHP tersebut.
Metode interpretasi yang digunakan penyidik itu disebut interpretasi secara ekstensif, yaitu penafsiran dengan cara memperluas arti kata-kata yang terdapat dalam undang-undang sehingga suatu peristiwa dapat dimasukkan ke dalamnya. Metode interpretasi tersebut biasanya digunakan hakim dalam melakukan penemuan hukum (rechtsvinding) manakala pengaturan suatu undang-undang tidak memadai.
Suatu contoh penggunaan metode interpretasi secara ekstensif yang telah dikenal luas adalah bahwa menyambung atau menyadap aliran listrikdapat dianggap sebagai tindak pidana pencurian sebagaimana di-atur dalam pasal 362 KUHP. Interpretasi ini menganggap ”listrik” sebagai perluasan arti dari ”barang (benda)” sebagaimana dimaksud dalam pasal 362 KUHP.
Unsur ”melanggar kesusilaan” yang bersifat normatif dalam pasal 282 KUHP pada dasarnya tidak mudah untuk dibuktikan. Hal ini karena tidak mudah untuk mengukur nilai-nilai kesusilaan secara obyektif, se-bagaimana sudah saya jelaskan dalam pembahasan UU Pornografi di atas.
POSISI HUKUM ARIEL
Tuduhan berlapis-lapis yang dialamatkan kepada Ariel tersebut menunjukkan begitu besarnya keinginan penyidik Mabes Polri agar Ariel tidak dapat lolos dengan mudah dari jerat hukum. Penyidik mungkin menyadari bahwa kalaupun dapat dibuktikan bahwa Ariel yang membuat video tersebut, tuduhan dengan menggunakan pasal 4 ayat 1 UU Pornografi dapat gugur jika Ariel dapat membuktikan bahwa video itu dibuat untuk kepentingan diri sendiri.
Tuduhan dengan mempergunakan UU Pornografi tersebut juga dapat gugur jika Ariel dapat membuktikan bahwa video tersebut dibuat sebelum UU Pornografi mulai berlaku. Hal ini sesuai dengan asas legalitas dalam hukum pidana sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat 1 KUHP, yaitu bahwa tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan.
Untuk menjaga kemungkinan lolosnya Ariel dari jerat UU Pornografi, penyidik Mabes Polri juga menggunakan pasal-pasal mengenai penyebarluasan konten yang melanggar kesusilaan sebagaimana diatur dalam UU ITE dan KUHP. Namun tuduhan menyebarluaskan video tersebut juga dapat digugurkan jika Ariel dapat membuktikan bahwa ia tidak pernah berniat atau secara se-ngaja menyebarluaskan video tersebut ataupun menyu-ruh orang untuk melakukan hal itu.
Ada juga yang berpendapat bahwa ke-lalaian Ariel untuk menyimpan video tersebut dengan hati-hati sehingga menyebabkan tersebarluasnya video tersebut seharusnya juga bisa dipidana. Namun apabila melihat pasal-pasal yang dituduhkan kepada Ariel tersebut, tidak ada satupun pasal yang dapat digunakan untuk menjerat Ariel karena unsur kelalaian tersebut.
Dalam teori hukum pidana dikenal dalil ”ultimum remedium” atau disebut sarana terakhir dalam rangka menentukan perbuatan apa saja yang akan dikriminalisasi (dijadikan delik atau perbuatan yang apabila dilakukan akan berhadapan dengan pemidanaan). Dalil ”ultimum remedium” itu sangat penting untuk diperhatikan agar tidak terjadi over criminalization.
Oleh karena itu, hukum pidana tidak boleh digunakan secara emosional, atau sekadar untuk balas dendam. Apalagi jika menggunakan hukum pidana hanya untuk memuaskan tuntutan masyarakat, tanpa peduli apa-kah unsur-unsur pidananya terpenuhi untuk disebut sebagai kejahatan.
Semoga saja polisi, jaksa dan hakim dapat melihat kasus yang melibatkan Ariel dan pihak-pihak yang terlibat lainnya itu dengan lebih bijaksana. Dengan demikian, siapa yang sebenarnya menjadi korban tidak duduk di bangku pesakitan untuk dipaksa mempertanggungjawabkan kejahatan yang tidak dilakukannya.
Welcome to Indonesia
Bagaimana turnya sejauh ini?
Turnya bagus, turnya sangat bagus.
Apakah penonton suka lagu-lagu barunya?
Semuanya menyanyi semua lagu barunya, itu bagus. Selalu agak sulit kalau mengeluarkan album baru dan pergi tur, dan membayangkan reaksi terhadap materi yang baru. Apakah mereka akan pergi ke kamar mandi? [Tertawa] Tapi sejauh ini seru, kami memainkan sekitar lima lagu dari album baru dan disambut dengan sangat baik.
Di album ini, yang paling mengundang tanda tanya adalah kolaborasi bersama Fergie dan Adam Levine. Bagaimana asal mulanya?
Saya pertama kali mendengar Fergie bernyanyi beberapa tahun lalu bersama Black Eyed Peas. Saya terpukau oleh vokal rock-nya. Dia penyanyi rock terselubung, itu motivasi awalnya. Saat membuat album, saya punya satu lagu (“Beautiful Dangerous”) dan menginginkan suara vokal wanita untuknya. Maka saya kirim lagu itu kepadanya, dan dia menyanyikannya dengan hebat. Adam Levine cocok untuk sebuah lagu ciptaan saya (“Gotten”) yang cukup unik. Butuh vokal yang halus dan bluesy; Adam punya salah satu suara terbaik untuk itu.
Setelah Anda akhirnya membuat album solo, apakah sudah puas? Atau masih ada keinginan untuk membuat album solo lagi?
Pembuatannya sangat memuaskan, saya senang melakukannya. Saya banyak belajar tentang bagaimana hal-hal ini bisa begitu sederhana dan tidak begitu rumit! [Tertawa] Ini pengalaman yang sangat baik. Dan saya tahu pintu itu selalu terbuka, andaikata saya ingin lagi. Namun saat ini saya sedang tur dan menikmatinya, saya merekrut sebuah band untuk tur album ini. Jadi saya punya band hebat yang menyenangkan untuk diajak bekerja sama, dan mereka orang-orang yang menyenangkan. Jadi saya akan melakukan itu hingga tahun depan, dan satu-satunya kesibukan saya selain ini adalah Velvet Revolver. Kita lihat saja nanti.
Saat ini Anda sudah “bersih”?
Hingga detik ini, ya.
Bagaimana rasanya tur dalam keadaan sober?
Well I don’t think I could’ve done all the stuff I’ve done in the last year in my typical fucked-up fashion! [Tertawa]
Apakah ini berhenti mengkonsumsi obat-obatan saja atau alkohol juga?
Kali ini dua-duanya.
Kidnap Katrina Reuni dan Menyiapkan Album Baru
Selain menulis lagu baru, mereka juga melakukan mixing ulang terhadap album pertama.
Slank Rilis Album Baru dan Mendapat Ijin Konser
Terjegal di panggung nyaris sepanjang 2009, tapi tak terbendung di studio rekaman.
Minggu, 24 Januari 2010
German rock band Scorpions to end career
BERLIN – The German rock band Scorpions is bringing down the curtain on a career spanning more than four decades.
The band, known for its early 1990s hit "Wind of Change" among others, said on its Web site Sunday that "we agree we have reached the end of the road."
It said it would end its career with a final album — "Sting In The Tail," to be released in March — and a tour that will start in Germany in May and take it across the world "over the next few years."
Guitarist Rudolf Schenker founded the band in Hannover in 1965. Singer Klaus Meine joined a few years later. Both men are 61.
All-star Haiti telethon raises $57 million, so far
NEW YORK – Organizers for the all-star "Hope for Haiti Now" telethon say the event raised $57 million — and counting.
"The public has set a new standard of giving for a relief telethon with 'Hope for Haiti Now,' and the donations continue to come in," Lisa Paulsen, president and CEO of the Entertainment Industry Foundation, said in a statement released Saturday. The group is helping to oversee the funds gathered from the event.
The two-hour telethon aired Friday night on the major networks and dozens of other channels, including MTV, Bravo, and PBS, and was also streamed live online. Stars like Brad Pitt, Beyonce, Madonna, Bruce Springsteen and more used their presence to encourage donations for Haiti, following a Jan. 12 earthquake that killed an estimated 200,000 people.
The total released Saturday includes money raised by phone, text and the Web. It does not include donations by corporations or via iTunes, where people are able to buy performances of the event for 99 cents each, or the entire album for $7.99. Those funds also go to Haiti relief.
The "Hope for Haiti Now" CD is the biggest one-day pre-order in the site's history and the new song "Stranded (Haiti Mon Amour)" by Jay-Z, Rihanna, Bono and the Edge, debuted during the telethon, is the No. 1 single on iTunes.
People can donate via text, phone or through the "Hope for Haiti" Web site for the next six months. Among the organizations who will receive funds from the telethon include Oxfam America, UNICEF, and the Clinton-Bush Haiti Foundation.